Jum'at, 26/04/2024 05:40 WIB

Kementan Minta Pemegang RIPH Segera Realisasikan Importasi Bawang Putih

Jumlah impor yang masuk sampai 19 Mei 2020 hanya cukup untuk stok 2,5 bulan ke depan.

Bawang putih lokal. (Foto: Kementan)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian kembali meminta kepada para pemegang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RPIH) segera merealisasikan importasi bawang putih. Pasalnya, jumlah impor yang masuk sampai 19 Mei 2020 hanya cukup untuk stok 2,5 bulan ke depan.

Direktur Jenderal Hortikultura (Dirjen Hortikultura), Prihasto Setyanto menegaskan dengan kebutuhan bawang putih per bulan yang mencapai 46-49 ribu ton, maka stock saat ini hanya untuk 2,5 bulan saja.

"Jadi kami sampaikan kepada bapak dan ibu yang telah terbit RIPH bawang putih, segera impor dan tidak mengulur waktu. Kita tunjukkan solidaritas nasional dengan turut mengamankan pangan nasional, salah satunya bawang putih yang cukup," kata Prihasto.

Prihasto menjelaskan, sesuai Permentan 39/2019 bahwa wajib tanam dan wajib berproduksi dilaksanakan setelah RIPH terbit, dan luas tanam serta berproduksinya sesuai dengan pengajuan volume impor RIPHnya.

Karean itu, Prihasto meminta agar dilakukan langkah-langkah persiapan mulai dari seleksi calon benih, calon lahan, dan calon petaninya. Pihaknya memberi waktu satu tahun untuk menyelesaikan kewajibannya setelah RIPH terbit.

"Sebagai contoh, bagi RIPH yang terbit di Maret 2020, harus menyelesaikan kewajibannya di Maret 2021, demikian seterusnya," terang Prihasto.

"Kami juga mengingatkan tidak diperbolehkan tumpang tindih tanam antara satu pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya, lahan milik importir tidak boleh berbarengan dengan APBN," tegas Prihasto.

Dalam kesempatan itu, pria yang biasa disapa Anton itu memberikan tips cara menghasilkan bawang putih yang berukuran besar. Pertama, petani harus menggunakan benih dari siung yang berukuran besar dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.

"Sementara minimum benih yang digunakan 1 ton per hektare. Lebih dari 1 ton per hektar juga bagus," jelas  alumnus Universitas Brawijaya tersebut. 

Kedua, petani harus menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia sesuai dosis rekomendasi, dan jangan sampai kekurangan air. "Kami juga menyarankan menggunakan mesin grading untuk mensortir benih bawang putih berukuran besar dan kecil. Mesin ini banyak dijual di China," kata Anton.

Ia juga mengimbau kepada seluruh importir yang akan memulai menanam bawang putih agar berhati-hati dengan peredaran benih palsu bawang putih atau bawang putih konsumsi impor dari China yang sudah tumbuh tunasnya. "Benih seperti ini banyak beredar di tahun 2017 dan 2018 yang berujung banyaknya pelaku usaha gagal berproduksi," ujar Anton. 

Selain benih palsu, Anton juga meminta petani waspada dengan benih bawang putih oplosan. Kasus ini banyak terjadi dari tahun dari 2017 hingga 2018.

Terakhir, Anton meminta para petani dan importir terus berkonsultasi dan berkomunikasi intensif dengan jajaran Kementan untuk menghindari kegagalan tanam dan berproduksi.

KEYWORD :

Bawang Putih Impor Bawang Putih Prihasto Setyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :