Jum'at, 26/04/2024 21:33 WIB

Menlu Zarif Tolak Pakta Nuklir Iran Digantikan Perjanjian Trump

Iran percaya pada diplomasi, tetapi tidak bukan menegosiasikan kesepakatan yang sudah cicapai antara Iran, Uni Eropa, Jerman dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, China dan Rusia pada Juli 2015.

Menteri Luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif

Teheran, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menolak proposal "perjanjian Trump" yang baru untuk menggantikan perjanjian nuklir Iran 2015 atau yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

"Kami tidak menandatangani kesepakatan Obama untuk melangkah ke kesepakatan Trump sekarang. Bahkan, jika kami melakukannya, siapa yang menjamin kita tidak akan membutuhkan kesepakatan Biden, Sanders atau Warren tahun depan?" ujar Zarif merujuk pada nama-nama saingan Trump di Pilpres AS 2020.

Ia menambahkan bahwa Iran percaya pada diplomasi, tetapi tidak bukan menegosiasikan kesepakatan yang sudah cicapai antara Iran, Uni Eropa, Jerman dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, China dan Rusia pada Juli 2015.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menyerukan Presiden AS Donald Trump menggantikan perjanjian nuklir Iran 2015, dengan pakta barunya sendiri untuk menyelesaikan perbedaan pandangan.

AS di bawah kepimpimpina Trump meninggalkan JCPOA pada Mei 2018 dan mengembalikan sanksi yang sudah dicabutnya di Iran. Inggris, Prancis, dan Jerman juga tunduk pada sanksi dan menolak memenuhi kepentingan bisnis Iran berdasarkan kesepakatan tersebut.

Trump sangat kritis terhadap perjanjian tersebut dan menyebutnya sebagai kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan, mengusulkan negosiasi baru untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik.

Dalam twit terpisah, Zarif juga bereaksi terhadap keputusan baru-baru ini  Eropa untuk memicu mekanisme perselisihan di bawah JCPOA untuk diduga menyelamatkannya, mengatakan masa depan JCPOA tergantung pada E3, bukan Iran.

Ia mengkritik tiga partai dari Eropa, Inggris, Prancis dan Jerman karena tunduk pada tekanan AS dan melanggar kewajiban mereka berdasarkan perjanjian, mengatakan kelangsungan hidup kesepakatan tergantung pada tindakan EU3 bukan Iran.

"Tanggapan E3 terhadap serangan AS terhadap JCPOA adalah memangkas perdagangan / investasi di Iran sambil mengembargo minyak kita," kicau Zarif

"Diceritakan # Raisina2020, menyedihkan bahwa ekonomi terbesar telah membiarkan dirinya diganggu untuk melanggar kewajibannya sendiri. Masa depan JCPOA tergantung pada E3, bukan Iran," tambahnya.

Inggris, Prancis, dan Jerman, secara resmi memicu mekanisme penyelesaian sengketa yang ditampilkan dalam JCPOA, sebuah langkah yang dapat mengarah pada pemulihan sanksi PBB terhadap Republik Islam.

Dalam sebuah pernyataan bersama, mereka mengatakan mekanisme itu diaktifkan sebagai tanggapan atas apa yang mereka klaim sebagai pelanggaran berulang terhadap kesepakatan nuklir Iran.

KEYWORD :

Kesepakatan Nuklir Perjanjian Trump Mohammad Javad Zarif




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :