Kamis, 25/04/2024 07:30 WIB

Keinginan Rachmawati yang 10 Tahun Jadi Penyintas Kanker Payudara

Faktor ekonomi mengantarkan Rachmawati ke jalan pengobatan alternatif yang membuat kanker kian menjadi.

Tak ingin berdiam diri, Rachmawati seorang penyintas kanker payudara membuat kerajinan tangan untuk dijual (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - Dengan wajah hangat dan ramah perempuan berbatik dominan merah maroon dengan warna kerudung merah muda tampak sibuk melayani pengunjung stand tas yang ia pajang. Sesekali, perempuan yang bernama Rachmawati ini duduk seraya menunggu pengunjung lainnya.

Sekilas, orang bisa jadi tak menduga kalau Rachmawati seorang penyintas kanker payudara. Ia menjalani proses pengobatan sejak tahun 2008, kala dokter memvonisnya dengan kanker yang sudah masuk stadium 3 B.

Wati, panggilan perempuan asal Jakarta ini, menuturkan kali pertama ia mulai merasakan ada benjolan tidak sakit di payudara sebelah kanan tahun 2008. "Tapi waktu itu aku tidak langsung periksa ke dokter, baru setelah makin terasa aku datang ke dokter," ucapnya.

Bersama suami dan anak, Wati periksa ke RS Kanker Darmais, di sana ia mulai menjalani biopsi, karena benjolan itu dinyatakan kanker stadium 3B. "Rasanya seperti tersambar petir, aku bingung harus menjalankan treatment sementara kondisi keuangan keluarga tidak memungkinkan, akhirnya aku diam saja," lirih Wati.

Meski diam, tidak berobat ke dokter ia tak diam untuk mencoba pengobatan alternatif. Bukan kesembuhan yang didapat malahan kanker makin menjadi. Rasanya kian terpuruk saat akhirnya ia menyerah dan tidak berobat kemana-mana selama tiga tahun.

"Aku bingung setelah berobat alternatif tidak keman-mana, sampai koma dan tidak bisa apa-apa, berat badan jadi 30 kilogram, rasanya kena kanker itu sangat menggerogoti," kenangnya.

Setelah demikain parah, akhirnya suami mencari KJS agar bisa mendaftar ke BPJS dan mulai periksa lagi ke dokter. "Aku pun dimarahi dokter lantaran benjolan sudah pecah lalu kena ke jantung, paru-paru juga terendam cairan, jadi langkah awal proses membereskan itu dulu," imbuh Wati.

Keinginan sembuh begitu kuat Wati rasakan setelah proses pembersihan cairan ia menjalani Mastektomi, pengangkatan payudara di tahun 2014. Tak terasa sudah 10 tahun ia berjuang, payudara sudah terangkat dan konsisten menjalani treatment. "Sekarang aku rajin kontrol dan minum obat Femara setiap bulan sampai lima tahun ke depan," ujarnya.

Ada benjolan tapi tidak merasakan sakit membuat ia sadar betapa pentingnya periksa payudara sendiri (Sadari). "Jangan diam, begitu ada yang tidak beres langsung periksa, kanker tidak bisa menunggu karena cepat sekali menyebar tahu-tahu sudah stadium lanjut," imbau Wati.

Ia selalu memberi semangat positif pada diri sendiri, apapun yang dokter minta dilakukan, ia percaya upayanya adalah satu keniscayaan. "Pelan-pelan kita pasti sehat, masalah umur Allah yang mengatur. Kita harus happy," ujarnya sumringah.

Untuk membuat dirinya bahagia, ia mengisi waktu dengan menyibukkan diri membuat aneka kerajinan tangan dari decopage yang bisa bantu menambah keuangan keluarga. 

KEYWORD :

Kanker Payudara Penyintas Rachmawati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :