Kamis, 25/04/2024 17:39 WIB

Kanker Seviks Bisa Ditaklukkan

Kanker serviks termasuk penyakit yang slow-growing, menyebar dengan cepat di Indonesia, bagaimana mencegahnya?

Indonesia peringkat kedua negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia (Foto: Thinkstock)

Jakarta - Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks (mulut rahim) terbanyak di dunia. Kanker yang disebabkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 16 dan 18 biasanya tak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru terasa biasanya ketika kanker sudah memasuki stadium dua atau lebih.

Apa gejala khasnya? Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi RS Pondok Indah, dr. Fitriyado Kusuma, Sp.OG (K) Onk, keputihan yang berulang meski telah diobati, juga postcoital bleeding (pendarahan usai senggama) kerap menjadi gejaka yang dirasakan- meski tak semua merujuk pada kanker serviks.

HPV memiliki masa inkubasi selama 9-12 bulan, kemudian memasuki fase lesi pra-kanker. Ada tiga sub pada fase ini: Atypical, Low Grade Lession, dan High Grade Lession. Jika terus berkembang, bisa berubah jadi kanker.

"Penyebab dan kehadiran kanker serviks dapat dideteksi. Terlebih kanker ini termasuk slow-growing. Diperlukan fase yang panjang dan tahap infeksi sampai menjadi kanker," ucap dr Fitriyadi.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker:

1. Menikah usia muda (15-20 tahun) di masa ini masih terjadi perubahan sel metaplasia di mulut rahim.
2. Berganti pasangan seksual
3. Infeksi kencing nanah, sifilis, herpes atau HIV
4. Mengonsumsi pil KB kombinasi dapat memicu perkembangan HPV tapi tidak menyebabkan timbulnya HPV
5. Kekurangan vitanin C, D, E, asam folat, dan mineral.

Menurut dr Fitriyadi, skrining menjadi hal penting yang dilakukan agar terhindar dari kanker serviks. Saat ini terdapat beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi lesi pra-kanker.

1. IVA

Metode pemeriksaan yang paling mudah, murah, dan mampu laksana di Indonesia. Mulut rahim dibalur dengan asam cuka 25 persen kemudian reaksi yang terjadi dianalisa.

2. Papsmear

Tes yang dilakukan dengan pengambilan contoh sel-sel yang dilepaskan dari lapisan epitel serviks, yang akan tampak tidak normal bila terjadi perubahan karena infeksi HPV, lesi pra-kanker atau kanker.

3. Tes DNA HPV

Pemeriksaan mokuler ini memiliki tingkat akurasi hingga 99 persen. Tes ini dapat mendeteki kemungkinan timbulnya lesi pra-kanker meski belum terjadi perubahan pada sel.

4. Kolposkopi

Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Jika memang ditemukan ada jaringan yang terinfeksi, biopsi terarah dapat dilakukan dengan alat ini.

Selain pemeriksaan rutin, dr Fitriyadi juga mengimbau perempuan perlu vaksinasi HPV. Vaksin dapat dilakukan oleh perempuan mulai usia 9-55 tahun (masa terbaik sampai 12 tahun). Vaksin dilakukan selama tiga kali (0 bulan, 1-3 bulan, dan 6 bulan).

KEYWORD :

Kanker Serviks Skrining HPV




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :