Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengajak seluruh insan pendidikan, baik guru, orang tua, dan siswa untuk mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis virus corona baru (Covid-19).
Maklum, selama pandemi virus corona baru (Covid-19), pemerintah memindahkan pembelajaran dari ruang kelas ke rumah.
Tidak hanya itu, menurut Nizam momentum pandemi ini juga mendorong banyak pihak untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring dalam waktu yang sangat cepat.
Pandemi virus corona baru (Covid-19) telah membawa paradigma baru di tengah masyarakat. Salah satunya, orang tua dituntut menjadi pengganti guru sekolah untuk anak, sementara proses pembelajaran dilakukan di rumah.
Pasalnya, saat ini guru, siswa, dan orang tua dipaksa untuk bertemu dalam sebuah platform digital setelah pemerintah memutuskan meniadakan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Sebagaimana diketahui, dalam dua bulan terakhir, setelah pemerintah meniadakan perkuliahan tatap muka di kampus, proses pembelajaran termasuk penelitian berlangsung secara daring dengan mengandalkan teknologi digital.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menilai pesantren dan pendidikan keagamaan wajib mendapat perhatian. Tidak hanya dari segi pembelajaran di tengah pandemi Covid-19, tetapi juga menyangkut bantuan sosial (bansos).
Saya berpendapat perlu mulai diperbincangkan mengenai kapan sekolah akan mulai dibuka dan sistem pembelajaran pada tahun ajaran baru ini
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud, Nizam mengatakan kebijakan akademik di tengah pandemi Covid-19 untuk pembelajaran di semester depan sudah tertera dalam SKB Empat Menteri.
“Eco-Pesantren” dapat digunakan sebagai model atau sarana pembelajaran sejak dini di lingkungan pondok pesantren