Administrasi Trump yang keluar dari perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Eropa dan negara-negara lain yang berbisnis dengan Iran.
Ini adalah pertemuan kedua setelah Amerika Serikat (AS) keluar secara sepihak dari JCPOA.
Pertemuan kali ini tidak dihadiri oleh Sekretaris Negara untuk Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris, Boris Johnson.
Jika Negeri Para Mullah itu tidak menerima jaminan ekonomi yang cukup dari Eropa, maka Iran mengancam akan menarik diri dari pakta itu, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
Iran menegaskan komitmennya terhadap kewajibannya di bawah JCPOA. Ini berarti Iran akan terus bekerja sama dengan IAEA.
Jusuf Kalla (JK) menyerukan agar Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang terjalin antara Iran dan enam kekuatan dunia pada 2015 tak dibubarkan.
Trump ingin diskusi Iran-AS sementara ia, menghina PBB, Uni Eropa dan seluruh dunia, dengan keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan dunia (JCPOA).
Wendy Sherman mendesak juga mendesak Trump untuk bergabung kembali dengan negara-negara anggota yang masih dengan setia mendukung JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action, Red).
Wang menyebut kesepakatan nuklir 2015 atau yang dikenal dengan JCPOA sebagai pencapaian multilateral utama yang menguntungkan komunitas internasional.
Iran berusaha untuk mempertahankan JCPOA, namun, akan mengambil tindakan lain jika rencana Eropa menjamin mekanisme keuangan, minyak (penjualan), asuransi dan transportasi gagal.