https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Gaya Hidup Hiburan Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Meretas Tantangan Hoaks dalam Dunia Pendidikan

Syafira | Rabu, 03/04/2024 14:49 WIB

Meretas Tantangan Hoaks dalam Dunia Pendidikan Iustrasi hoaks. Foto: ayocirebon

SIAK, Jurnas.com – Seiring dengan semakin tingginya pengguna aktif media sosial, dibutuhkan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital. Apalagi, tingginya aktivitas digital telah membuka potensi buruk dan ancaman kejahatan seperti penipuan, pencurian akun, dan penyebaran hoaks.

”Hoaks adalah berita palsu, kabar bohong, atau informasi yang direkayasa,” tutur Fakhrurrozi, dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, di Kabupaten Siak, Rabu (3/4).

Mengusung tema ”Tantangan Hoaks dalam Dunia Pendidikan”, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak itu menyebut hoaks bisa berupa sebuah konten (teks, gambar, video, audio). Berita bohong itu biasanya dikemas sedemikian rupa agar bisa menarik kepercayaan masyarakat.

Baca juga :
Xavi Gugat Dua Jurnalis Buntut Penyebaran Informasi Palsu

”Dampak hoaks bisa menimbulkan perpecahan, menurunkan reputasi seseorang, tidak lagi percaya fakta, menciptakan ketakutan, merugikan masyarakat, dan menimbulkan opini negatif,” rinci Fakhrurrozi dalam diskusi yang dipandu moderator Fitta Mamita itu.

Cara mengantisipasi hoaks, lanjut Fakhrurrozi, waspadai judul yang provokatif, cermati sumber berita atau alamat situs, cek keaslian foto, membaca keseluruhan berita, dan ikuti akun grup komunitas anti-hoaks.

Baca juga :
Legislator Dukung Wujudkan Visi RS UI Bertaraf Internasional 2030

”Hati-hati dengan judul sensasional dan provokatif dengan menyudutkan pihak tertentu, pastikan berita berasal dari media resmi, gunakan teknologi Google untuk memeriksa, baca dengan teliti dan saksama,” tambah Fakhrurrozi di depan para pendidik dan siswa sekolah menengah yang mengikuti diskusi online tersebut secara nobar (nonton bareng).

Ratusan siswa, guru, dan staf pendidikan di sejumlah sekolah menengah di Kabupaten Siak tercatat mengikuti kegiatan ini dengan menggelar nobar di ruang kelas. Di antaranya, SMAN 2 Kandis, SMPN 1 Kandis, SMPN 7 Kandis, SMPN 5 Kandis, SMAN 1 Bungaraya, SMPN 1 Bungaraya, SMAN 3 Kandis, SMPN 1 Minas, SMPN 4 Dayun, dan SMPN 2 Pusako.

Baca juga :
DPR Minta Komite Sekolah Fokus Awasi Penyelenggaraan Satuan Pendidikan

Terkait tema diskusi, Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari meminta para siswa peserta diskusi untuk berhati-hati saat menggunakan media digital. Apalagi, di media sosial kini banyak modus penipuan dengan berbagai macam cara.

”Ada tautan undangan palsu melalui aplikasi percakapan WhatsApp, informasi lowongan kerja, bahkan informasi soal menjadi pemenang undian berhadiah. Ingat jangan sembarangan klik link,” tegas Meithiana Indrasari.

Sementara menurut presenter Tya Yustia, agar terhindar dari hoaks pengguna digital mesti memiliki kompetensi literasi kecakapan digital. Beberapa kiat cakap digital, misalnya pengetahuan umum terkait media sosial dan fiturnya, memahami etika, dan biasakan saring sebelum sharing.

”Waspadai hoaks dengan selalu melakukan cek dan ricek, serta membandingkan terhadap media lain yang lebih valid dan akurat. Selanjutnya, jaga keamanan sistem dan perangkat digital Anda,” pungkas Tya Yustia.

Untuk diketahui, webinar seperti dihelat di Kabupaten Siak ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dilaksanakan sejak 2017. Program #literasidigitalkominfo tersebut tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.

Meningkatkan kecakapan warga masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia.

Survei APJII juga menyebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Dibandingkan periode sebelumnya, ada peningkatan 1,4 persen. Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan yang terkait dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.

(Syafira)
KEYWORD :

Keamanan Digital Hoaks Pendidikan Literasi Kominfo