Jum'at, 26/04/2024 02:35 WIB

Produk Pertanian Indonesia Disukai Masyarakat China

Kementan telah menindaklanjuti persyaratan yang dimaksud dan menunggu respon pihak pemerintah China hingga saat ini.

Duta Besar China untuk Indonesia, H.E. Xiao Qian melakukan pertemuan dengan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo secara virtual di Jakarta, Senin (10/5).

Jakarta, Jurnas.com - Nilai ekspor sektor pertanian Indonesia ke China di 2020 sebesar USD 5,2 miliar. Sementara Cina ke Indonesia untuk sektor yang sama hanya USD 2,5 miliar atau dengan kata lain necara perdagangan sektor pertanian Indonesia ke China surplus sebanyak USD 1,7 miliar.

Demikian kata Duta Besar China untuk Indonesia, H.E. Xiao Qian saat melakukan pertemuan dengan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo secara virtual di Jakarta, Senin (10/5).

"Produk pertanian asal Indonesia banyak masuk dan disukai masyarakat China, kedepan diharapkan kerjasama ini dapat terus ditingkat," kata Xiao Qian.

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian mencatat ragam jenis produk pertanian asal Indonesia yang diekspor masing-masing berasal dari subsektor tanaman pangan berupa kacang hijau, ubi kayu, porang hingga talas, asal sub sektor hortikultura berupa manggis, kapulaga, mangga dan tanaman biofarmaka.

Dari subsektor perkebunan berupa kelapa sawit, karet, kelapa, kopi dan teh serta asal. Subsektor peternakan berupa obat hewan, pakan ternak, daging babi dan produk susu.

Sementara itu, komoditas pertanian yang diimpor dari China antara lain bawang putih, pir, gingseng, dan gelatin.

Pada bagiannya, Syahrul mengatakan, sebagai penghasil produk pertanian khas tropis, pihaknya tengah gencar melakukan peningkatan produksi buah manggis, nanas, pisang dan salak dan porang serta sarang burung walet (SBW).

"Sebagai mitra dagang strategis tentunya kami berharap dapat terus meningkatkan ekspor pertanian melalui kerjasama baik investasi, ekspor dan lainnya," ujar Syahrul.

Menurut Syahrul, saat ini sudah ada 23 perusahaan eksportir berhasil mengantongi izin dari otoritas kepabeanan dan karantina pemerintah China (General Administration of Customs of the Republic of China/GACC) untjk melakukan ekspor SBW ke China secara langsung

Sementara itu, sebanyak 20 perusahaan lain masih menunggu persetujuan untuk hal yang sama. "Sesuai dengan perjanjian dengan pemerintah China, kami melalui Badan Karantina Pertanian memberikan pendampingan teknis secara penuh. Indonesia adalah penghasil SBW terbesar didunia dan China adalah pasar terbesar SBW kami," kata Syahrul.

Syahrul membeberkan, hambatan ekspor komoditas pertanian asal Indonesia selain SBW juga terjadi pada komoditas porang atau konjac chips yang sejak Oktober 2019 terkait penilaian analisis risiko. Disebutkan Kementan telah menindaklanjuti persyaratan yang dimaksud dan menunggu respon pihak pemerintah China hingga saat ini.

Xiao Qian berjanji akan meneruskan permasalahan hambatan teknis dimaksud kepada GACC. Ia juga berharap pihaknya dapat menindaklanjuti kerjasama dalam hal capacity building, penelitian, investasi dan perdagangan.

"Buah nanas, naga, manggis dan buah tropis yang belum dapat masuk ke China dapat segera dilengkapi persyaratan teknis yang telah kami ajukan. Termasuk buah durian, kami sangat tertarik," jelasnya.

Dalam pertemuan tersebut, Syahrul juga mengajak pemerintah China berinvestasi di sektor pertanian. Saat ini baru tercatat 20 investor asal China yang menanamkan modalnya di bidang pangan dan obat hewan serta budidaya pertanian.

"Mudah-mudahan pertemuan ini bisa jadi tindak-lanjut untuk kita lebih intens berkomunikasi, khususnya soal perluasan kerjasama baik investasi dan ekspor pertanian," kata Syahrul.

KEYWORD :

Sarang Burung Walet Porang China Kementerian Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :