Sabtu, 27/04/2024 01:05 WIB

Inggris Sanksi Lebih Banyak Militer Myanmar

Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan akan memberi sanksi kepada enam angka militer lagi, menambah 19 yang terdaftar sebelumnya, dan bahwa kementerian perdagangan akan bekerja untuk memastikan bisnis Inggris tidak berdagang dengan perusahaan milik militer Myanmar.

Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab di London, Inggris pada tanggal 29 Januari 2020 (İlyas Tayfun Salcı / Anadolu Agency)

London, Jurnas.com - Pemerintah Inggris mengumumkan pada Kamis (25/2) sanksi lebih lanjut terhadap anggota militer Myanmar setelah merebut kekuasaan dalam kudeta pada awal bulan ini.

Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan akan memberi sanksi kepada enam angka militer lagi, menambah 19 yang terdaftar sebelumnya, dan bahwa kementerian perdagangan akan bekerja untuk memastikan bisnis Inggris tidak berdagang dengan perusahaan milik militer Myanmar.

"Paket tindakan hari ini mengirimkan pesan yang jelas kepada rezim militer di Myanmar bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia akan dimintai pertanggungjawaban, dan pihak berwenang harus menyerahkan kembali kendali kepada pemerintah yang dipilih oleh rakyat Myanmar," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab dalam sebuah pernyataan.

Di hari yang sama, raksasa media sosial Facebook mengumumkan melarang semua akun yang terkait dengan militer Myanmar. Tak hanya itu, iklan dari perusahaan yang dikendalikan militer setelah perebutan kekuasaan pada 1 Februari juga dibekukan.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Facebook mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memperlakukan situasi pasca-kudeta di Myanmar sebagai kondisi "darurat".

Facebook menjelaskan bahwa larangan tersebut dipicu oleh peristiwa sejak kudeta, termasuk "kekerasan mematikan". Rakasasa media sosial itu sudah melarang beberapa akun yang terkait dengan militer sejak kudeta di Myanmar, termasuk Myawaddy TV yang dikendalikan tentara.

Larangan lain juga diterapkan di Instagram, yang dimiliki oleh Facebook.

KEYWORD :

Militer Myanmar Aung San Suu Kyi Inggris Media Sosial Facebook




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :