Sabtu, 20/04/2024 04:31 WIB

Gegara Ini, Israel Ogah Lanjutkan Hubungan dengan Turki

Israel tidak berniat untuk melanjutkan hubungan normal dengan Turki dan mengirim duta besarnya kembali ke Ankara kecuali pemerintah Turki menutup kantor Hamas di Istanbul

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) berjabat tangan dengan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh (kiri) saat mereka berpose untuk foto selama pertemuan mereka di Paviliun Vahdettin di Istanbul, Turki pada 1 Februari 2020 [Murat Kula / Anadolu Agency]

Jakarta, Jurnas.com - Israel tidak berniat untuk melanjutkan hubungan normal dengan Turki dan mengirim duta besarnya kembali ke Ankara kecuali pemerintah Turki menutup kantor Hamas di Istanbul. Kantor tersebut diduga dijalankan oleh sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina.

"Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan senang hati akan mengembalikan duta besar kami ke Ankara, tetapi yang kami soroti adalah aktivitas Hamas di Turki," ujar seorang pejabat Israel seperti dikutip oleh Ynet.

Pada 2019, diklaim bahwa beberapa tokoh senior gerakan Hamas menggunakan Istanbul sebagai tempat berlindung yang aman. Kemudian pada Oktober tahun lalu, Times of Israel melaporkan bahwa kelompok tersebut telah mendirikan kantor di kota tersebut, serta fasilitas rahasia yang diduga digunakan untuk melakukan serangan siber di Israel.

Selama beberapa tahun terakhir, Turki telah menampilkan dirinya sebagai pendukung perjuangan Palestina, memutuskan hubungan dengan Israel pada 2018 ketika AS dan beberapa negara lain mulai mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pada Agustus tahun lalu, Erdogan menjamu delegasi Hamas yang dipimpin oleh kepala Biro Politiknya, Ismail Haniyeh. Washington mengutuk pertemuan itu.

Turki juga telah menampilkan dirinya sebagai mediator antara faksi Palestina Hamas dan Fatah, yang memungkinkan mereka untuk bertemu dan bernegosiasi di Istanbul September lalu. Fraksi-fraksi tersebut mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah dialog nasional.

Namun, setelah pembicaraan itu, Hamas dituduh menunda konfirmasi kesepakatan tersebut. Pada November gerakan tersebut mengatakan bahwa proses rekonsiliasi hancur ketika Fatah dan Otoritas Palestina kembali ke kebijakan kerja sama keamanan dengan Israel.

Sejak akhir tahun lalu, muncul laporan tentang Turki dan Israel yang menjalin kembali hubungan dan mengembalikan duta besar satu sama lain ke jabatan mereka.

Meskipun mengungkapkan keinginannya untuk hubungan yang lebih baik itu, Erdogan menyebut perlakuan Israel terhadap Palestina "tidak dapat diterima" dan menegaskan kembali bahwa kebijakan Palestina adalah "garis merah".

Menanggapi kondisi normalisasi Israel, Turki membalas dan mengatakan bahwa mereka juga memiliki kondisinya sendiri. 

"Hubungan akan menjadi normal jika Israel menghentikan tindakan ilegalnya seperti aneksasi terhadap Palestina," kata Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu. 

"Tanpa ini, hubungan akan berjalan menyamping."

KEYWORD :

Kelompok Hamas Pemerintah Israel Negara Turki




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :