Sabtu, 20/04/2024 11:47 WIB

Prancis Gandakan Penjaga Perbatasan Setelah Serangan Teroris

Macron mengatakan jumlah polisi dan pasukan yang bertanggung jawab atas kontrol perbatasan akan berlipat ganda dari 2.400 sekarang menjadi 4.800. 

Presiden Prancis, Emmanuel Macron ikut serta dalam upacara tradisional Lily of the valley di istana Elysee, Paris, pada 1 Mei 2020. (Fot: AFP)

Paris, Jurnas.com - Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan, Prancis memperkuat kontrol perbatasannya setelah rankaian serangan teroris yang melanda negara itu dalam beberapa pekan terakhir.

Macron mengatakan jumlah polisi dan pasukan yang bertanggung jawab atas kontrol perbatasan akan berlipat ganda dari 2.400 sekarang menjadi 4.800. Mereka akan fokus memerangi kegiatan imigrasi dan penyelundupan ilegal.

"Kami melihat dengan sangat jelas bahwa aksi teroris sebenarnya dapat dipimpin oleh beberapa orang yang menggunakan arus migrasi untuk mengancam wilayah kami. Jadi kami harus memperkuat kontrol kami untuk alasan keamanan nasional," kata Macron saat kunjungan ke pos perbatasan di Le Perthus, Kamis (5/11).

Macron secara khusus merujuk pada serangan ekstremis di Notre Dame Basilica di kota Nice yang menewaskan tiga orang pekan lalu. Tersangka utama, Ibrahim Issaoui, adalah seorang Tunisia berusia 21 tahun yang transit melalui Italia pada September dalam perjalanan ke Prancis.

Issaoui sekarang berada di rumah sakit Prancis setelah terluka oleh polisi saat mereka menangkapnya.

Selain itu, Macron mengatakan dia akan mendorong perubahan untuk membuat kontrol di perbatasan eksternal Uni Eropa lebih efisien.

"Serangan di Prancis, di Austria beberapa hari lalu di Wina, menunjukkan kepada kita bahwa risiko teroris ada di mana-mana, jaringan (teroris) bersifat global yang memaksa Eropa untuk meningkatkan tanggapannya," katanya.

Prancis menaikkan kewaspadaan keamanannya ke tingkat maksimum setelah serangan Nice pada 29 Oktober. Serangan itu merupakan yang ketiga sejak Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad bulan September sebagai pertanda dimulainya persidangan atas 14 tersangka terkait insiden penembakan 7-9 Januari 2015.

Orang-orang bersenjata dalam serangan itu mengaku setia kepada kelompok Negara Islam dan Al-Qaeda, yang keduanya baru-baru ini menyerukan serangan baru terhadap Prancis.

Direktur polisi perbatasan di wilayah Le Perthus, Herve Cazaux mengatakan, polisi telah menangkap 11.200 orang yang berusaha menyeberangi perbatasan Prancis-Spanyol secara ilegal sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 5.500 tahun lalu.

Ini sebagian dijelaskan oleh penguncian pandemi musim semi Prancis, di mana perbatasan ditutup hingga 20 Juni, dan dengan peningkatan jumlah migran musim panas ini, banyak yang bepergian melalui Spanyol dari Aljazair dan Maroko, kata Cazaux. (CNA)

KEYWORD :

Serangan Teroris Kartun Nabi Muhammad Prancis Emmanuel Macron




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :