Kamis, 18/04/2024 21:09 WIB

Iran Tuduh Presiden PrancisEmmanuel Macron Sulut Ekstremisme

Pemimpin yang berusia 42 tahun tersebut telah menyatakan perang terhadap separatisme Islam, yang katanya mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Prancis.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif (Foto: Presstv)

Teheran, Jurnas.com - Pemerintah Iran menuduh Prancis menyulut ekstremisme. Hal itu disampaikan setelah Presiden Emmanuel Macron membela penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

"Muslim adalah korban utama dari kultus kebencian, yang diberdayakan oleh rezim kolonial & diekspor oleh klien mereka sendiri," kicau Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.

"Menghina 1,9 miliar Muslim & kesucian mereka karena kejahatan menjijikkan dari ekstremis semacam itu adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara oportunistik. Itu hanya menyulut ekstremisme," sambungnya.

Hal ini mengikuti pernyataan yang dibuat Macron setelah seorang remaja Chechnya membunuh seorang guru Prancis pada 16 Oktober. Ia mengatakan guru sejarah Samuel Paty dipenggal karena menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.

"Kami tidak akan menyerah, selamanya," kicau Macron di akun Twitternya pada Minggu (25/10). "Kami tidak menerima pidato kebencian dan membela debat yang masuk akal."

Pemimpin yang berusia 42 tahun tersebut telah menyatakan perang terhadap separatisme Islam, yang katanya mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Prancis.

Menyusul komentar Macron, sejumlah supermarket di Qatar dan Kuwait memboikot bara-barang Prancis. Di Iran belum menyerukan boikot produk dari negara tersebut. Tetapi beberapa pejabat dan politisi Iran mengutuk Macron karena Islamofobia.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani mengatakan, perilaku irasional Macron menunjukkan kekasarannya dalam politik.

Shamkhani mengatakan, komentar Macron menunjukkan kurangnya pengalaman dalam politik, sebab jika tidak, dia tidak akan berani menghina Islam.

Ia menasihati pemimpin Prancis untuk membaca lebih banyak sejarah dan tidak bergantung pada dukungan dari Amerika Serikat (AS) yang merosot dan Israel yang memburuk.

Ketua Parlemen Iran, Mohammad-Bagher Ghalibaf mengecam permusuhan bodoh Prancis dengan Nabi Muhammad, dan mengatakan ucapannya dan cahaya tidak bisa dipadamkan dengan tindakan buta, sia-sia, dan anti-manusia.

Penasihat Pemimpin tertinggi Iran untuk Kebijakan Luar Negeri, Ali Akbar Velayati mengatakan kartun itu seharusnya tidak dicetak ulang menyusul kecaman global terhadap majalah satir Prancis Charlie Hebdo.

"Kita seharusnya melihat… majalah cabul yang menghina Nabi dilarang dicetak, tetapi penerapan standar ganda menyebabkan pemikiran sesat dan anti-agama ini juga memanifestasikan dirinya dalam sistem pendidikan negara," katanya dalam sebuah pernyataan. (Aljazeera)

KEYWORD :

Karikatur Nabi Muhammad Emmanuel Macron Iran Prancis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :