Jum'at, 11/10/2024 07:02 WIB

Hizbullah: Sepatu Jenderal Soleimani Lebih Berharga dari Kepala Trump

Respons terhadap pembunuhan Jenderal Soleimani bukan hanya tanggung jawab Iran, tetapi juga seluruh sumbu perlawanan

Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah terlihat di layar video saat berbicara dengan pendukungnya di Beirut, Lebanon pada 10 November 2017 (Reuters / Aziz Taher)

Beirut, Jurnas.com - Sekretaris Jenderal Partai Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah mengutuk keras Amerika Serikat (AS) tewasnya komandan Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan wakil komandan Unit Mobilisasi Rakyat Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.

Dalam pidatonya yang disiarkan langsung dari ibukota Lebanon, Beirut pada Minggu (5/1) malam, Nasrallah mengatakan bahwa para prajurit dan perwira AS akan pulang ke Paman Sam dengan peti mati sebagai balasannya..

"Ketika peti mati prajurit dan perwira AS mulai diangkut ke Amerika Serikat, Presiden Donald Trump dan pemerintahannya akan menyadari bahwa mereka benar-benar kehilangan kawasan dan akan kehilangan pemilihan," kata Nasrallah.

Nasrallah mengatakan, respons terhadap pembunuhan Jenderal Soleimani bukan hanya tanggung jawab Iran, tetapi juga seluruh sumbu perlawanan. "Menyerang pasukan militer AS di Timur Tengah akan menjadi hukuman yang adil untuk kejahatan tersebut," katanya.

Politikus Lebanon yang berusia 59 tahun itu lebih lanjut mencatat bahwa tindakan teror Washington menandai dimulainya fase baru perang untuk seluruh kawasan Timur Tengah.

"Pembunuhan yang menargetkan Jenderal Soleimani dan Muhandis adalah era baru perang bukan hanya untuk Irak atau Iran, tetapi untuk seluruh wilayah," kata Nasrallah.

Di tempat lain, Nasrallah mengatakan, skenario AS di Suriah sudah gagal. Trump meninggalkan Kurdi dan keputusannya menarik pasukan AS mewakili kebingungannya.

"Semua upaya untuk merusak front perlawanan di Lebanon dan Yaman juga tidak berhasil. Trump juga tidak berhasil memaksakan kesepakatan abad ini berkat ketabahan bangsa Palestina," katanya.

"Trump sangat jelas. Dia ingin merebut kendali atas minyak Irak. Trump menggunakan ISIS sebagai alasan mengendalikan Irak dan kekayaannya. Skema seperti itu gagal, terima kasih kepada Jenderal Soleimani dan Muhandis, yang bertarung melawan ISIS," sambungnya.

Ia menekankan bahwa AS akan kehilangan kendali atas Irak setelah kekalahan Daesh dan pemilihan parlemen di negara itu. "Washington kemudian berusaha menyeret Irak ke dalam perang saudara, dan menabur benih perselisihan antara Baghdad dan Teheran. AS sedang menuju ke pemilihan tanpa pencapaian nyata diamankan oleh Trump," katanya.

"AS ingin mencapai angka sentral dalam poros perlawanan, sehingga mereka menargetkan Jenderal Soleimani," sambungnya.

Menurutnya, Pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani sudah dimulai di Iran dan Irak. Perhatian kini tertuju pada parlemen Irak untuk menyetujui resolusi penarikan pasukan AS dari negara itu.

"Pembalasan minimal adalah membebaskan Irak dari kehadiran pasukan AS. Kemartiran Jenderal Soleimani dan Muhandis akan memberikan insentif baru untuk terus maju dengan perlawanan di hadapan AS dan rezim Zionis," kata Nasrallah.

"Pembunuhan Soleimani berarti menargetkan seluruh poros perlawanan. Dalam hal pembalasan, tidak ada angka di front lawan yang cocok dengan Jenderal Soleimani dan Muhandis," kata kepala Hizbullah, yang mencatat sepatu Soleimani lebih berharga daripada kepala Trump.

KEYWORD :

Gerakan Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah Agresi Amerika Serikat Qassem Soleimani




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :