Jum'at, 13/12/2024 06:14 WIB

Dua Windu YKPI Tak Lelah Kampanye Kanker Payudara

YKPI menyadari upaya pencegahan dan pengendalian kanker payudara di Indonesia, perlu dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Ketua YKPi Linda Agum Gumelar (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta, Jurnas.com - Merujuk pada data yang dipaparkan Kemenkes awal tahun 2019, terdapat angka kanker payudara 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.

Dengan upaya deteksi dini pada perempuan usia 30-50 tahun, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia Linda Agoem Gumelar mengatakan penyakit kanker akan diketahui lebih dini pula, sehingga biaya terapi tidak terlalu mahal dan kemungkinan untuk sembuhnya dapat mencapai 90 persen.

Lebih lanjut Linda menyebutkan bahwa 70 persen orang yang melakukan deteksi dini ternyata sudah menderita kanker payudara stadium lanjut.

Menyikapi hal tersebut, YKPI dikatakan Linda yang juga penyintas kanker payudara, telah menyiapkan beberapa program untuk mendukung pemerintah mengurangi angka kejadian kanker payudara stadium lanjut.

Selain sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara ke pelbagai kelompok masyarakat, pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi di pelbagai daerah Indonesia, YKPI juga menyelenggarakan TOT pada dokter, serta skrining masal secara gratis melalui unit mobil mammografi (UMM) bekerjasama dengan RSK Dharmais.

UMM YKPI adalah mobil mammografi pertama dan satu-satunya di Indonesia. Jarak tempuhnya masih sangat terbatas karena kondisi alat-alat mammografi di dalamnya yang membutuhkan perawatan khusus, sehingga hanya dapat menjangkau kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Hingga saat ini, berdasarkan data YKPI, 13.264 orang telah melakukan mamografi di UMM dengan hasil 1.982 orang diketahui memiliki tumor jinak dan 208 orang memiliki tumor ganas.

“Tentunya tim mammografi YKPI yang terdiri dari tenaga medis profesional dari RSK Dharmais akan merekomendasikan mereka yang diduga memiliki tumor baik jinak ataupun ganas untuk melakukan pemeriksaan klinis lebih lanjut di rumah sakit, agar kankernya dapat segera tertangani secara klinis,” sambung Linda.

Program lain YKPI adalah pelatihan pendamping pasien kanker. Belum lama ini YKPI kembali menyelenggarakan pelatihan tersebut, tercatat total 310 pendamping selama 5 tahun pelatihan telah bersertifikat international dari TÜV Rheinland.

Para pendamping ini nantinya akan membantu pasien dan keluarganya untuk lebih memahami cara menghadapi kondisi pasien yang emosinya tidak stabil agar terus semangat melakukan rangkaian pengobatan medis.

Di tingkat Internasional, YKPI aktif sebagai anggota Reach to Recovery International (RRI) dan Union for International Cancer Control (UICC), sebuah organisasi terkemuka berbasis di Jenewa, Swiss dengan jaringan masyarakat sipil global yang mewakili hampir 2.000 organisasi di 170 negara.

YKPI menyadari upaya pencegahan dan pengendalian kanker payudara di Indonesia, perlu dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Untuk itu, tambah Linda, YKPI yang didirikanya pada 19 Agustus 2003 bersama para penyintas lainnya seperti artis senior Rima Melati, Tati Hendropriyono, Andy Endriartono Sutarto dan ahli onkologi dr Sutjipto (Alm) selalu mendukung program pemerintah dan menggandeng pelbagai pihak dalam menjalankan programnya termasuk pihak swasta.

Memasuki dwi windu YKPI berkarya untuk Indonesia, Linda berharap segera memiliki unit mobil kemoterapi, memiliki rumah singgah sendiri yang dapat menampung lebih banyak lagi pasien, dan semakin banyak masyarakat peduli akan kanker payudara sehingga tidak takut dan malu lagi melakukan deteksi dini.

“Untuk itu kami tidak akan berhenti memberikan informasi seputar kanker payudara dan sosialisasi deteksi dini, baik secara langsung ataupun melalui media sosial channel yang dikelola YKPI,” tutup Linda. Selamat hari ulang tahun YKPI.

KEYWORD :

Dwi Windu YKPI Kanker Payudara Deteksi Dini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :