Rabu, 24/04/2024 14:48 WIB

Pertemuan Jokowi-Prabowo Penyembuhan Pasca Pemilu

Pertemuan itu membantu mempercepat hiling atau penyembuhan pasca kompetisi pemilu yang sedemikan panjang dan menimbulkan polarisasi.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi

Jakarta, Jurnas.com – Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto berlangsung hari ini. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai, pertemuan itu membantu mempercepat hiling atau penyembuhan pasca kompetisi pemilu yang sedemikan panjang dan menimbulkan polarisasi.

“Pertemuan yang kita saksikan hari ini itu luar biasa bagus dan harus kita apresiasi, terlepas apakah kedua tokoh berhasil membangun kesepakatan koalisi ke depan atau tidak, tetapi yang pasti petermuan itu diharapkan mampu menurunkan tensi ketegangan yang sudah demikian lama terjadi,” kata Burhanuddin dalam acara diskusi “Polemik; Golkar di Periode Kedua Jokowi, di Jakarta, Sabtu (13/07).

Menurut Burhan, pertemuan kedua tokoh tersebut mmeberika sinyal terang baik kepada elit maupun kepada massa bahwa pembicaraan yang selama ini diusahakan di belakang layar mulai menemukan titik temu.

“Sepertinya pintu koalisi Pak Prabowo dan Pak Jokowi mulai terbuka, saya tidak ingin mengatakan kualisisnya fix, tetapi setidaknya pertemuan itu memberikan sinyal yang sangat terang baik kepada elit maupun kepada massa,” ujar Burhanuddin.

Burhan menilai pertemuan itu tidak semata-mata hanya pada akomodasi dan representasi tokoh Gerindra di Kabinet, tapi bisa juga kolaisi di tingkat parlemen, termasuk juga jabatan-jabatan publik lainnya.

“Tidak harus disempitkan mengenai akomodasi menetri di cabinet. Bisa saja sampai pada koalisi cabinet tapi setidaknya pertemuan ini menghancurkan yang selama ini mengganggu atau mengahalangi pertemuan kedua tokoh,” tuturnya.

Burhan menambahkan, demokrasi manapun itu stabil tidak ditentukan oleh yang menang dalam pemilu, tapi justru ditentukan oleh siapa yang kalah.

“Pertemuan Pak Jokowi dan Pak Prabowo setidaknya meyakinkan kepada publik bahwa Prabowo meski kalah, dia masih percaya demokrasi. Beda dengan negara lain, kalau kalah dalam pemilu, umumnya tidak percaya dengan demokrasi tapi elit politik kita, itu urusan permainan politik semata,” tambahnya.

Terkait masuknya Gerindra ke dalam kabinet, menurut Burhan tentu akan akan menimbulkan kekecewaan dari partai-partai pendukungnya jika itu berimplikasi berkurangnya jatah koalisi yang diterima partai pendukung awal Jokowi. Namun Burhan menyebut hal itu sudah hal yang wajar ditemukan dalam kontekstasi pemilu di Indonesia, dimana partai lawan bisa bergabung dengan pemenang.

“Idealnya dalam demokrasi, narasi dalam pemilu itu dilanjutkan atau bersambung dengan narasi naskah pemilu. Umumnya yang kalah itu berada di luar pemerintah. Namun di Indonesia, sering kali partai yang kalah dalam pemilu, bisa loncat ke rombongan pemenang, salah satunya adalah Golkar, atau Pan, Demokrat dalam pemilu 2014 lalu,” tuturnya.

KEYWORD :

Pertemuan Jokowi-Prabowo Burhanuddin Muhtadi Indikator Politik Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :