dr. Lanny Juniarti, Dipl. AAAM, Founder dan President Director MIRACLE Aesthetic Clinic Group siap menjawab tantangan. (Foto : Jurnas/Ginting)
Jakarta, Jurnas.com- Revolusi industri 4.0 menjamur dan masuk ke semua bidang. Setiap orang dan dunia idustri pun menyesuaikan diri dengan revolusi tersebut. Tanpa terkecuali tentang kecantikan. Memasuki era digitalisasi yang secara fundamental mengubah kehidupan sosial masyarakat dalam lingkungan domestik hingga mondial.
Industri estetika sendiri mengalami perkembangan pesat dengan perubahan yang cepat. Bila dilihat dari beberapa tahun ke belakang, mulai tuntutan konsumen akan hasil perawatan yang instan, wajah yang V-shape hingga tren anti-aging telah mewarnai industri ini. Dalam acara “Aesthetic Outlook 2019: The Turn-around paradigm of BEAUTY 4.0”, yang digelar belum lama ini di Madame Delima, Menteng, Jakarta Pusat, dr. Lanny Juniarti, Dipl. AAAM, Founder dan President Director MIRACLE Aesthetic Clinic Group menjabarkannya. “Era digital telah memberi dampak yang besar pada industri estetika secara global. Di industri estetika, fenomena tren timbul karena pengaruh dari perkembangan teknologi dan sosial media. Industri 4.0 inipun telah menyeret industri estetika memasuki era Beauty 4.0,” paparnya.Seperti halnya revolusi industri berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, demikian pula beauty industry mengalami revolusi. Pada Beauty 1.0, konsep perawatan fokus hanya pada 1 dimensi saja, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Dan dari sudut pandang dokterlah yang menentukan perawatan yang terbaik bagi pelanggan.
"Bagaimana kita menyempurnakan tampilan wajah sesuai versi terbaiknya, namun tetap terlihat natural, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberi dampak positif bagi mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Hasil perawatan yang kita lakukan harus dapat memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi kehidupan sosial mereka,” pungkas Dr. Lanny.
KEYWORD :Miracle Lanny Revolusi