
Ilustrasi - minuman manis (Foto: Getty Images/Istockphoto)
Jakarta, Jurnas.com - Konsumsi minuman manis belakangan ini menjadi sorotan utama, terlebih dengan dampaknya yang semakin terasa pada kesehatan, termasuk dalam kasus cuci darah yang melibatkan anak muda dan penyakit lainnya.
Perdebatan sering muncul mengenai mana yang lebih berbahaya antara konsumsi berlebihan minuman manis atau penggunaan tembakau, keduanya memang memiliki dampak negatif yang besar bagi kesehatan.
Namun, meskipun kedua hal tersebut berbahaya, konsumsi minuman manis berlebihan, terutama yang mengandung kadar gula tinggi, ternyata bisa lebih mematikan.
Ini karena konsumsi gula yang berlebihan berpotensi meningkatkan risiko terkena diabetes melitus, yang merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF) yang dikutip dari Detik, pada Senin (28/7), jumlah penderita diabetes di Indonesia telah meningkat pesat. Pada 2021, tercatat ada 19,47 juta penderita diabetes, dan diperkirakan jumlah tersebut akan melonjak menjadi 28,57 juta pada 2045, sebuah peningkatan sebesar 47%.
Secara global, sebuah studi baru memperkirakan bahwa konsumsi gula berkontribusi terhadap 35 juta kematian setiap tahunnya.
Sementara itu, tembakau tetap menjadi ancaman kesehatan yang serius. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020, sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan tembakau.
Penyakit-penyakit seperti penyakit paru, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit jantung kerap kali dikaitkan dengan penggunaan tembakau.
Para ahli kesehatan, seperti Shu Wen Ng, Profesor Nutrisi dari University of North Carolina, dan Barry M. Popkin, PhD, Profesor Nutrisi di UNC Gillings School of Global Public Health, menjelaskan bahwa sebagian besar minuman manis, seperti soda, minuman buah, dan minuman energi, tidak memberikan manfaat nutrisi sama sekali. Minuman-manis ini justru memberikan kalori kosong yang memperburuk masalah kesehatan.
Gula dalam bentuk cair, yang ada dalam minuman manis, lebih cepat diserap oleh tubuh dibandingkan gula dalam makanan padat. Ketika gula berlebih masuk ke dalam tubuh, ia akan disimpan di hati dalam bentuk lemak atau glikogen.
Ini dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, meningkatkan risiko diabetes, serta berbagai penyakit kronis lainnya. Karena gula dalam minuman manis tidak memberikan rasa kenyang, banyak orang mengonsumsinya dalam jumlah berlebih tanpa mengurangi konsumsi makanan lain, yang akhirnya menyebabkan kelebihan kalori.
Konsumsi gula berlebihan juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan kolesterol, memengaruhi metabolisme tubuh, serta memperburuk tekanan darah dan fungsi organ-organ tubuh lainnya.
Di negara-negara berkembang, kebiasaan mengonsumsi minuman manis bahkan dimulai sejak usia dini. Bayi sering kali diberikan minuman manis sebagai makanan pendamping ASI, yang sebenarnya berdampak pada peningkatan stunting dan kekurangan gizi. Bayi yang mengalami stunting memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan obesitas dan diabetes saat dewasa.
Karena potensi bahayanya, pengendalian konsumsi gula menjadi sangat penting. Berdasarkan Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, batas konsumsi gula yang dianjurkan adalah 10% dari total kalori yang dibutuhkan per hari, atau sekitar 50 gram gula, yang setara dengan 4 sendok makan.
Namun, banyak minuman kemasan yang beredar di pasaran mengandung gula mulai dari 10 gram hingga lebih dari 29 gram per kemasan. Dr. Johanes Chandrawinata, seorang dokter spesialis gizi, menjelaskan bahwa 29 gram gula dalam satu minuman kemasan setara dengan 116 kalori—hampir setara dengan konsumsi 100 gram nasi yang mengandung 130 kalori.
Lebih lanjut, dengan mengonsumsi satu botol minuman manis, kita sama saja mengonsumsi kalori sebanyak makan nasi, namun tanpa rasa kenyang, yang membuat kita cenderung mengonsumsi lebih banyak lagi.
Untuk itu, pengendalian konsumsi gula tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga membutuhkan kebijakan yang lebih tegas dari pemerintah.
KEYWORD :Seputar Kesehatan minuman manis tembakau dampak