
27 Juli, Hari Sungai Nasional (Foto: Greeners)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap 27 Juli, bangsa Indonesia memperingati Hari Sungai Nasional. Lebih dari sekadar seremonial tahunan, momen ini adalah pengingat kolektif bahwa sungai adalah sumber kehidupan yang tak tergantikan, namun semakin hari semakin terlupakan.
Dikutip dari berbagai sumber, penetapan Hari Sungai Nasional tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Pasal 74, sebagai bentuk komitmen negara untuk menggerakkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga sungai. Namun, sungai bukan hanya persoalan air bersih atau lingkungan, tetapi juga soal peradaban, identitas budaya, dan masa depan bangsa.
Sungai dalam Sejarah dan Falsafah Nusantara
Sejak masa lampau, sungai memegang peran penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Ia bukan hanya jalur transportasi dan perdagangan rempah, tetapi juga ruang spiritual, tempat berkumpulnya komunitas, bahkan menjadi batas otoritas politik antara hulu dan hilir. Di masa perjuangan kemerdekaan, sungai menjadi benteng alami dalam strategi gerilya.
Namun kini, fungsi-fungsi itu kian tergerus. Sungai perlahan dilupakan, menjadi tempat pembuangan akhir limbah domestik dan industri. Keberadaannya dipunggungi oleh kemajuan yang seringkali tidak berimbang dengan kesadaran ekologis. Padahal, di balik air yang mengalir, sungai menyimpan cadangan kehidupan yang semakin hari kian mahal harganya.
Makna Hari Sungai Nasional dan Tujuan Peringatannya
Peringatan Hari Sungai Nasional hadir sebagai bentuk refleksi—untuk melihat kembali bagaimana sungai menyatu dalam denyut kehidupan kita. Sungai adalah sumber air bersih yang menopang kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, hingga sektor pariwisata. Ekosistemnya menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna, serta penyangga iklim mikro yang menjaga kestabilan lingkungan sekitar.
Namun begitu banyak manfaat tersebut kini berada di bawah ancaman serius: pencemaran limbah, sedimentasi akibat deforestasi, pembangunan yang tak terkendali, hingga dampak nyata perubahan iklim. Jika sungai terus dibiarkan rusak, bukan hanya lingkungan yang terdampak—tapi juga kualitas hidup generasi mendatang.
Sungai, Gotong Royong, dan Peran Kita Semua
Gotong royong bukan hanya warisan budaya, tapi juga filosofi sungai itu sendiri. Air yang mengalir dari mata air pegunungan, melewati hutan, permukiman, hingga muara, membawa pesan keterhubungan semua unsur kehidupan. Sungai hidup karena adanya keseimbangan antara alam dan manusia.
Masyarakat memiliki peran krusial dalam menjaga kelestarian sungai. Tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, serta mulai memilah dan mengelola limbah dengan bijak adalah langkah-langkah nyata yang dapat dilakukan dari rumah masing-masing. Di sisi lain, edukasi lingkungan harus menjadi bagian dari sistem pendidikan dan budaya komunitas agar kesadaran ini tumbuh sejak dini dan mengakar kuat.
Peran Pemerintah dan Pentingnya Kolaborasi
Pemerintah memegang tanggung jawab besar dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan yang memastikan sungai tetap terjaga. Mulai dari penegakan hukum lingkungan, pemulihan sungai yang tercemar, hingga membangun infrastruktur pengelolaan air yang berkelanjutan. Namun keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada kolaborasi dengan masyarakat, akademisi, sektor swasta, dan organisasi sipil.
Berbagai program revitalisasi sungai seperti Citarum Harum dan restorasi Sungai Brantas menunjukkan bahwa perubahan memang mungkin, asalkan didukung oleh kemauan politik yang kuat dan partisipasi publik yang aktif.
Indonesia memiliki ribuan sungai dengan karakteristik unik—dari Kapuas yang megah di Kalimantan, hingga Bengawan Solo yang melegenda. Setiap sungai punya cerita, punya makna. Hari Sungai Nasional adalah saat yang tepat untuk kembali menyapa mereka, mengenal alurnya, memahami ekosistemnya, serta merayakan keanekaragamannya.
Di tengah gempuran urbanisasi dan industrialisasi, memperlakukan sungai sebagai entitas hidup adalah bentuk keberadaban. Sungai tidak bisa terus dianggap sebagai latar belakang pembangunan—ia adalah elemen utama yang harus dirawat dan dilibatkan dalam setiap langkah menuju masa depan.
Menjaga Sungai, Menjaga Kehidupan
Hari Sungai Nasional adalah titik tolak. Ia mengajak kita semua, dari hulu hingga hilir, dari masyarakat adat hingga urban, untuk bergerak bersama menjaga nadi kehidupan ini. Karena sungai bukan hanya soal lingkungan—ia adalah cermin keberadaban kita sebagai bangsa. Menjaga sungai adalah merawat masa depan. (*)
KEYWORD :Hari Sungai Nasional 27 Juli Peringatan Hari Sungai