
Ilustrasi - dua orang yang sedang merasa paling benar (Foto: Pexels)
Jakarta, Jurnas.com - Pernah nggak kamu merasa sangat yakin pendapatmu benar, padahal setelah diperiksa ternyata salah? Fenomena ini bukan hal aneh dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sering terjadi tanpa kita sadari.
Banyak orang terjebak dalam pola pikir keliru yang membuat mereka merasa selalu benar, menutup telinga dari masukan orang lain, hingga sulit menerima koreksi.
Kalau dibiarkan, ini bukan hanya bisa merugikan diri sendiri, tapi juga merusak hubungan sosial dengan orang di sekitar.
Berikut 7 jebakan pikiran yang sering bikin kita terjebak dalam perasaan `aku paling benar`:
1. Confirmation Bias (Bias Konfirmasi)
Ini adalah kecenderungan mencari informasi yang hanya mendukung pendapat kita, sambil mengabaikan fakta yang bertentangan. Misalnya, saat kamu sudah yakin satu produk terbaik, kamu hanya cari ulasan bagusnya saja, padahal ada kekurangannya yang penting untuk dipertimbangkan.
Manchild, Ketika Pria Dewasa Tak Kunjung Dewasa
2. Overconfidence Effect (Efek Terlalu Percaya Diri)
Merasa terlalu percaya diri bisa membuat kita melebih-lebihkan pengetahuan atau kemampuan diri. Akibatnya, saat salah, kita sulit mengakui kekeliruan dan tetap ngotot mempertahankan posisi.
3. Dunning-Kruger Effect
Ini jebakan lucu tapi serius: orang dengan kemampuan minim sering merasa paling ahli, sementara yang benar-benar ahli justru merasa kurang. Akibatnya, kita bisa merasa benar padahal pemahaman kita sebenarnya dangkal.
4. Groupthink (Pola Pikir Kelompok)
Saat terlalu larut dalam kelompok, kadang kita ikut arus demi menjaga keharmonisan, lalu merasa pendapat kelompok pasti benar. Padahal, ini bisa menutup kesempatan melihat sudut pandang lain yang lebih tepat.
5. Anchoring Bias (Bias Jangkar)
Kita terlalu terpaku pada informasi pertama yang diterima, lalu menjadikannya acuan utama, meski data berikutnya lebih relevan atau akurat. Misalnya, hanya fokus pada satu pengalaman lama tanpa memperbarui informasi.
6. Ego Defense (Pertahanan Ego)
Saat harga diri tersentuh, otak kita cenderung defensif. Daripada mengakui salah, kita lebih memilih mencari-cari pembenaran demi menjaga citra diri, walau tahu di dalam hati sebenarnya kita salah.
7. Black-and-White Thinking (Pola Pikir Hitam-Putih)
Melihat segala hal secara ekstrem: salah atau benar, baik atau buruk, tanpa melihat area abu-abu di antaranya. Pola ini membuat kita sulit menerima bahwa beberapa masalah punya sisi kompleks yang nggak sesederhana itu.
KEYWORD :Pikiran paling benar fenomena