Jum'at, 04/07/2025 23:45 WIB

Mengapa Perempuan Lebih Sering Mengalami Sembelit?

Sembelit atau konstipasi adalah masalah pencernaan umum yang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari

Ilustrasi - seorang perempuan yang mengalami sembelit (Foto: BAB/Canva)

Jakarta, Jurnas.com - Sembelit atau konstipasi adalah masalah pencernaan umum yang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Meskipun siapa saja bisa mengalaminya, tahukah Anda bahwa perempuan cenderung lebih sering mengeluh sembelit dibandingkan laki-laki?

Fenomena ini bukan sekadar kebetulan, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, hormonal, hingga gaya hidup yang unik pada perempuan. Mari kita selami lebih dalam mengapa perempuan lebih akrab dengan masalah pencernaan ini.

Salah satu alasan utama mengapa perempuan lebih rentan sembelit adalah fluktuasi hormon, terutama estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini memainkan peran penting dalam banyak fungsi tubuh, termasuk sistem pencernaan.

Sepanjang siklus menstruasi, kadar progesteron cenderung meningkat di paruh kedua siklus (setelah ovulasi hingga menstruasi). Progesteron diketahui memiliki efek relaksan pada otot-otot halus tubuh, termasuk otot usus.

Akibatnya, pergerakan usus (peristaltik) melambat, membuat tinja bergerak lebih lambat dan menjadi lebih keras dan kering, sehingga lebih sulit dikeluarkan. Inilah mengapa banyak perempuan mengalami sembelit menjelang atau selama periode menstruasi.

Selain itu, perubahan hormon juga menjadi faktor kunci selama kehamilan. Peningkatan kadar progesteron yang signifikan selama kehamilan memperlambat motilitas usus dan rahim yang membesar juga bisa menekan usus besar, memperparah masalah sembelit. Demikian pula pada masa menopause, fluktuasi hormon bisa memengaruhi kesehatan pencernaan.

Di luar hormon, ada juga perbedaan fisiologis dan anatomis antara laki-laki dan perempuan yang diduga berkontribusi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usus besar pada perempuan cenderung sedikit lebih panjang dibandingkan laki-laki, yang secara teori bisa memperpanjang waktu transit tinja.

Lebih lanjut, perbedaan ini mungkin tidak terlalu besar, bisa jadi memiliki dampak kumulatif. Selain itu, kecepatan pergerakan makanan melalui usus besar (transit time) pada umumnya memang cenderung lebih lambat pada perempuan.

Faktor gaya hidup juga memiliki andil besar. Meskipun bukan eksklusif untuk perempuan, namun kebiasaan tertentu bisa lebih sering ditemukan atau memengaruhi perempuan secara berbeda.

Misalnya, beberapa perempuan mungkin memiliki asupan serat yang kurang atau konsumsi cairan yang tidak memadai dalam diet harian mereka. Kesibukan, terutama bagi ibu bekerja atau yang memiliki banyak tanggung jawab rumah tangga, terkadang menyebabkan mereka menunda buang air besar meskipun sudah ada dorongan, yang pada akhirnya dapat memperburuk sembelit.

Tingkat stres yang tinggi juga diketahui memengaruhi sistem pencernaan dan dapat memperlambat kerja usus.

Sembelit sesekali adalah hal yang normal. Namun, jika sembelit terjadi secara kronis (kurang dari tiga kali buang air besar dalam seminggu selama beberapa minggu atau bulan), disertai nyeri hebat, darah dalam tinja, atau penurunan berat badan yang tidak disengaja, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Ini bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang lebih serius yang memerlukan diagnosis dan penanganan medis.

KEYWORD :

Perempuan sembelit hormon pencernaan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :