Rabu, 25/06/2025 19:09 WIB

Dari Uranium Bisa Menguasai Dunia, Apa Rahasia Kekuatan Bom Nuklir?

Nuklir bukan sekadar senjata, tapi simbol kekuasaan global yang ditentukan dari unsur sekecil inti atom

Ilustrasi - orang-orang yang sedang membuat dan mengembangkan bom Nuklir (Foto: REUTERS)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam dunia yang tengah diwarnai konflik seperti ketegangan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat, isu nuklir kembali mengemuka sebagai topik yang paling sensitif sekaligus strategis.

Akan tetapi, di balik sorotan politik dan militer, pertanyaan mendasarnya tetap sama.

sebenarnya, dari apa nuklir itu dibuat dan mengapa keberadaannya bisa menjadikan suatu negara sangat berkuasa?

Secara ilmiah, nuklir merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan inti atom. Energi nuklir diperoleh dari proses yang terjadi di dalam inti atom, dan terdapat dua jenis proses utama yang dikenal: fisi dan fusi. Fisi nuklir merupakan proses pemecahan inti atom berat menjadi dua inti lebih kecil, yang menghasilkan pelepasan energi sangat besar. Unsur utama yang digunakan dalam fisi ini biasanya adalah uranium-235 dan plutonium-239.

Uranium merupakan unsur logam yang secara alami ditemukan di dalam kerak bumi, namun hanya sebagian kecil, yaitu isotop U-235, yang dapat mengalami fisi. Plutonium, di sisi lain, tidak ditemukan secara alami, melainkan dihasilkan sebagai produk sampingan dalam reaktor nuklir.

Sementara itu, fusi nuklir adalah proses penggabungan dua inti atom ringan menjadi satu inti yang lebih berat, melepaskan energi yang bahkan lebih dahsyat dibanding fisi.

Proses ini sebenarnya adalah mekanisme yang terjadi di dalam matahari. Namun, hingga saat ini, fusi masih sulit dikendalikan secara teknis, terutama untuk digunakan dalam bentuk senjata atau pembangkit listrik.

Keberadaan senjata nuklir memberi dampak besar, tidak hanya dari segi militer, tetapi juga dari segi politik dan diplomasi global. Negara yang memiliki senjata nuklir dianggap memiliki alat pencegah serangan paling kuat karena ancaman balasan yang bisa menghancurkan seluruh wilayah lawan.

Konsep ini dikenal sebagai kehancuran bersama yang dijamin atau mutually assured destruction (MAD). Karena itu, senjata nuklir bukan hanya alat serang, melainkan juga simbol kekuatan yang menahan musuh untuk menyerang terlebih dahulu.

Selain itu, kepemilikan nuklir memberikan posisi tawar tinggi dalam arena diplomasi. Negara-negara yang memiliki senjata ini biasanya dianggap sebagai aktor global utama dan sering kali memiliki kursi permanen di Dewan Keamanan PBB, lengkap dengan hak veto. Hal ini menjadikan mereka pengambil keputusan dalam isu-isu keamanan internasional, termasuk yang menyangkut konflik nuklir itu sendiri.

Seiring waktu, hanya sedikit negara yang diketahui memiliki persenjataan nuklir. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, dan China adalah pemilik resmi berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Namun, ada pula negara-negara lain yang memiliki senjata nuklir meskipun tidak menandatangani atau tidak mengakui ketentuan NPT, seperti India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel yang terakhir ini dikenal bersikap ambigu dan tidak pernah secara resmi menyatakan memiliki senjata nuklir, meski banyak analis militer meyakini sebaliknya.

Kepemilikan senjata nuklir sering kali dianggap sebagai bentuk supremasi teknologi dan militer. Negara yang mampu mengembangkan teknologi ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan riset, sumber daya, dan kendali politik yang sangat besar. Di mata dunia, itu adalah bentuk kekuatan mutlak yang tidak dimiliki oleh semua negara.

Dengan demikian, dari elemen dasar seperti uranium dan plutonium, senjata nuklir berkembang menjadi simbol dominasi internasional. Ketika konflik global meningkat, seperti yang terjadi di Timur Tengah saat ini, isu nuklir tidak pernah hanya tentang pertahanan atau keamanan, tetapi juga tentang siapa yang memegang kendali atas arah masa depan dunia.

KEYWORD :

Uranium Nuklir Dunia fisi fusi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :