Sabtu, 07/06/2025 10:17 WIB

Mengenal Hari Tasyrik, dari Makna, Asal Usul hingga Larangan Puasa

Hari Tasyrik adalah tiga hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah

Ilustrasi Hari Tasyrik, tiga hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha (Foto: Arina)

Jakarta, Jurnas.com - Hari Tasyrik adalah tiga hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah. Dalam tradisi Islam, ketiga hari ini memiliki status istimewa karena masih termasuk dalam rentang waktu ibadah penyembelihan hewan kurban dan dikenal sebagai hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah.

Meski tidak sepopuler Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, hari Tasyrik memegang nilai spiritual dan sejarah yang dalam, serta memiliki aturan syariat khusus yang tak boleh diabaikan. Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari laman Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Makna dan Asal Usul Penamaan "Tasyrik"

Secara etimologis, tasyrik (تَشْرِيق) berasal dari kata syarraqa yang berarti “matahari terbit” atau “menjemur sesuatu di bawah sinar matahari.” Dalam konteks ini, makna tasyrik dikaitkan erat dengan tradisi masyarakat Arab pada masa Rasulullah ﷺ yang menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng agar lebih tahan lama.

Menurut Syekh Ibnu Manzur dalam Lisan al-Arab, ada dua pendapat utama ulama terkait penamaan ini:

  1. Dinamakan Tasyrik karena Menjemur Daging
    Pada masa awal Islam, teknologi penyimpanan daging belum ada. Maka umat Islam mengawetkan daging kurban dengan menjemurnya di bawah matahari sebagai dendeng (qadid). Aktivitas ini sangat dominan selama tiga hari setelah Idul Adha, sehingga hari-hari itu disebut “Hari Tasyrik.”

  2. Dinamakan Tasyrik karena Dimulainya Ritual Setelah Matahari Terbit
    Aktivitas ibadah seperti penyembelihan kurban dan takbir dimulai setelah matahari terbit, sehingga dikaitkan dengan “syuruq” (terbitnya matahari).

Status Hari Tasyrik dalam Islam

Hari Tasyrik bukan sekadar hari biasa. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa:

"Hari Arafah, Hari Nahr (Idul Adha), dan Hari Tasyrik adalah hari raya bagi umat Islam, dan merupakan hari untuk makan dan minum."
(HR. An-Nasa’i, no. 2954)

Lebih lanjut, dalam riwayat Imam Muslim, Nabi ﷺ bersabda:

"Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan zikir kepada Allah."
(HR. Muslim)

Oleh karena itu, berpuasa pada hari-hari ini dilarang kecuali dalam kondisi tertentu seperti bagi jamaah haji yang tidak menemukan hewan kurban (HR. Bukhari, no. 1859).

Mengapa Dilarang Berpuasa di Hari Tasyrik?

Larangan puasa pada Hari Tasyrik bukan tanpa alasan. Hari ini ditetapkan sebagai waktu bersyukur dan berbagi nikmat, khususnya dari daging kurban. Sayyid Bakri dalam kitabnya menjelaskan secara eksplisit bahwa puasa pada Hari Tasyrik adalah haram, sebagaimana ditegaskan pula dalam Fathul Mu’in karya Syekh Zainuddin Al-Malibari:

“Puasa pada Hari Tasyrik dan dua hari raya adalah haram.”

Pendapat serupa disampaikan oleh Imam Syafi’i dalam qaul jadid-nya, menyamakan larangan puasa pada Hari Tasyrik dengan larangan puasa di hari yang meragukan (yaumus syak).

Aktivitas Dianjurkan di Hari Tasyrik

Selain penyembelihan hewan kurban, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan seperti bertakbir setiap selesai shalat fardhu sejak subuh 9 Dzulhijjah (Hari Arafah) hingga ashar 13 Dzulhijjah. Kemudian, berdzikir dan berdoa.

Selain itu, amalan yang dianjurkan di hari Tasyrik ialah bersedekah dan membagikan daging kurban. Selanjutnya, menikmati makanan dan minuman sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah.

Berapa Jumlah Hari Tasyrik? Ulama Beda Pendapat

Mayoritas ulama menyepakati bahwa Hari Tasyrik berjumlah tiga hari, sebagaimana disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim:

Hari Tasyrik adalah sebutan bagi tiga hari setelah hari Nahr (10 Dzulhijjah). Disebut demikian karena masyarakat menjemur daging kurban di bawah terik matahari untuk dijadikan dendeng.”

Namun, sebagian ulama menyebut hanya dua hari. Perbedaan ini lebih pada aspek terminologis, bukan pada praktik ibadahnya.

Dengan demikian, hari Tasyrik mengajarkan keseimbangan antara spiritualitas dan sosialitas: beribadah sekaligus menikmati rezeki dari Allah dan berbagi kepada sesama. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Hari Tasyrik Idul Adha Larangan puasa Dzulhijjah Kurban




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :