
Ilustrasi begadang (Foto: Pexels/Vazhnik)
Jakarta, Jurnas.com - Di balik kebiasaan begadang atau sekadar melewatkan waktu istirahat malam yang cukup, ada ancaman serius yang kerap luput dari perhatian: sarkopenia. Penyakit degeneratif ini perlahan menggerogoti massa dan kekuatan otot, dan umumnya menyerang lansia—namun tidak menutup kemungkinan muncul lebih dini pada mereka yang gaya hidupnya buruk, seperti tidur tak teratur atau begadang.
Apa Itu Sarkopenia?
Sarkopenia adalah kondisi hilangnya massa otot secara progresif dan penurunan fungsi otot seiring bertambahnya usia. Meski sering dikaitkan dengan proses penuaan alami, sarkopenia bukan sekadar "tua wajar", melainkan kondisi medis yang bisa memicu penurunan kualitas hidup secara signifikan. Kondisi ini juga bisa berisiko terhadap mobilitas, risiko jatuh, hingga kematian dini.
Mengapa Begadang Bisa Memicu Sarkopenia?
Kurang tidur kronis berpengaruh besar terhadap metabolisme dan regenerasi otot. Saat tidur, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang penting untuk perbaikan jaringan otot. Tidur yang terganggu—baik karena begadang, insomnia, maupun stres—bisa menghambat proses ini, mempercepat hilangnya massa otot.
Dengan kata lain, mengutip laman Earth, kurang tidur meningkatkan inflamasi dalam tubuh dan mengganggu metabolisme glukosa serta insulin. Kombinasi ini mempercepat proses kerusakan jaringan otot dan menurunkan kemampuan tubuh dalam memperbaikinya.
Siapa yang Paling Berisiko?
Kelompok yang paling rentan mengalami sarkopenia adalah lansia di atas usia 60 tahun, terutama jika mereka tidak aktif bergerak atau memiliki pola makan yang buruk. Namun dalam beberapa tahun terakhir, para ahli mulai menemukan tanda-tanda sarkopenia pada orang dewasa muda dengan gaya hidup tidak sehat. Mereka yang jarang berolahraga, kekurangan asupan protein, serta sering begadang memiliki potensi lebih besar mengalami penurunan kekuatan otot lebih awal dari seharusnya.
Hati-hati! Sering Begadang Bikin Cepat Mati
Penderita penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, atau kanker juga memiliki risiko lebih tinggi. Kondisi ini umumnya memicu peradangan sistemik yang mempercepat hilangnya massa otot.
Gejala yang Sering Tidak Disadari
Salah satu masalah utama dari sarkopenia adalah gejalanya yang sering datang secara perlahan dan tersembunyi. Banyak orang tidak menyadari bahwa kekuatan ototnya menurun, karena tubuh cenderung mengompensasi dengan cara lain.
Ini yang Mesti Anda Lakukan Jika Kerjaan Lembur
Gejala awal yang paling umum adalah mudah lelah saat melakukan aktivitas fisik ringan. Tugas-tugas harian seperti naik tangga, membawa belanjaan, atau berdiri dari posisi duduk mulai terasa berat. Penurunan kecepatan berjalan, rasa lemah di lengan dan kaki, serta kehilangan massa otot yang terlihat jelas di paha atau lengan juga bisa menjadi tanda-tanda awal.
Sarkopenia Bisa Dicegah, Tapi Harus Disadari Sejak Dini
Meski terdengar mengkhawatirkan, sarkopenia bisa dicegah dan bahkan dibalik jika ditangani sejak dini. Kunci utamanya adalah aktivitas fisik teratur, pola makan seimbang, dan istirahat yang cukup. Latihan kekuatan seperti angkat beban ringan, berjalan cepat, atau yoga mampu merangsang pertumbuhan otot dan memperlambat kerusakannya.
Asupan protein juga sangat krusial. Orang dewasa disarankan mengonsumsi minimal 1 hingga 1,2 gram protein per kilogram berat badan per hari, tergantung kondisi fisik. Sumber protein hewani dan nabati seperti telur, ikan, tempe, dan kacang-kacangan dapat membantu memperkuat struktur otot secara alami. Selain itu, tidur malam yang cukup dan berkualitas setiap hari memberi waktu optimal bagi tubuh untuk memperbaiki jaringan yang rusak. (*)
KEYWORD :Sarkopenia Penyakit Otot Tidur tidak teratur Begadang Penuaan otot