
Burung finch Galapagos atau Darwin`s finches (Foto: Phys)
Jakarta, Jurnas.com - Siapa sangka, seekor burung kecil bisa menjadi pemicu salah satu perubahan besar dalam sejarah ilmu pengetahuan. Di dunia yang terus dibentuk oleh teknologi dan data, sering kali kita lupa bahwa revolusi ilmiah terbesar bisa dimulai dari hal paling sederhana. Seperti seekor burung kecil yang diamati seorang ilmuwan muda di sebuah kepulauan terpencil hampir dua abad lalu.
Inilah kisah finch Galapagos yang mengubah arah sejarah pengetahuan dan menjadi kunci lahirnya teori evolusi melalui seleksi alam.
Tahun 1835, kapal HMS Beagle berlabuh di Kepulauan Galapagos. Charles Darwin, naturalis muda yang ikut dalam ekspedisi tersebut, mencatat keragaman makhluk hidup di tiap pulau, termasuk sejumlah burung kecil yang tampak mirip pipit.
Meski sekilas serupa, bentuk paruh burung-burung itu sangat berbeda—ada yang pendek dan kuat untuk memecah biji, ada yang panjang dan runcing untuk memakan serangga, dan ada pula yang dirancang khusus untuk mengisap nektar.
Namun Darwin baru memahami signifikansinya setelah kembali ke Inggris. Dengan bantuan ahli burung John Gould, ia menyadari bahwa burung-burung ini merupakan spesies finch yang berasal dari satu nenek moyang, namun telah beradaptasi secara unik di setiap pulau.
Dari pengamatan sederhana itu, Darwin merumuskan salah satu teori paling berpengaruh dalam sejarah sains, seleksi alam atau evolusi. Gagasan ini menyatakan bahwa spesies tidak diciptakan secara tetap, melainkan berkembang perlahan melalui proses adaptasi terhadap lingkungan.
Menurutnya, burung-burung finch Galapagos menjadi bukti nyata bahwa perubahan lingkungan dapat mendorong perubahan bentuk, fungsi, dan bahkan spesiasi dalam jangka waktu panjang.
Mengutip laman Galapagosconservation, meskipun dikenal sebagai “finches”, secara ilmiah burung ini bukan bagian dari keluarga finch sejati. Mereka sebenarnya termasuk dalam famili Thraupidae atau burung tanager. Kelompok ini diberi nama Darwin’s finches karena kontribusi penting mereka terhadap teori seleksi alam yang dirumuskan Charles Darwin usai mengunjungi Galapagos pada tahun 1835.
Dari total 18 spesies, 17 di antaranya endemik Galapagos. Satu spesies lainnya — Cocos finch — hanya ditemukan di Pulau Cocos, Kosta Rika. Semua burung ini diyakini berasal dari satu nenek moyang yang sama: burung dull-coloured grassquit, yang masih bisa ditemui di daratan Amerika Selatan.
Penelitian modern menunjukkan bahwa perubahan pada burung ini tidak hanya terjadi di masa lalu. Studi jangka panjang oleh ilmuwan seperti Daphne Major atau Peter dan Rosemary Grant memperlihatkan bahwa evolusi masih terus berlangsung. Salam beberapa dekade, mereka menyaksikan perubahan bentuk paruh. Bahkan, dikutip BBC, belakangan ini ditemukan burung tersebut berevolusi ke spesies baru. (*)
KEYWORD :Burung Finch Galapagos Charles Darwin Teori Evolusi Ilmu Pengetahuan