
Jamie Vardy (Foto: Doknet)
Jakarta, Jurnas.com - Jika dalam dunia sepak bola ada kisah yang menyerupai dongeng Cinderalla, maka perjalanan Jamie Vardy bersama Leicester City adalah satu-satunya.
Vardy bukan jebolan klub besar, bukan pula wonderkid sejak remaja. Dia adalah simbol perjuangan sekaligus kisah nyata mengenai kerja keras dan kepercayaan diri, bisa membawa siapapun ke puncak kejayaan.
Lahir di Sheffield, Inggris, Vardy sempat ditolak akademi profesional karena dianggap terlalu kecil dan tidak cukup bagus. Namun siapa sangka, belasan tahun kemudian, pria ini justru mencetak rekor di Liga Premier dan membantu Leicester City meraih gelar liga paling sensasional sepanjang masa.
Vardy memulai karier sepak bolanya bukan dari lapangan megah, melainkan dari liga non-profesional bersama Stocksbridge Park Steels. Saat itu, dia juga bekerja paruh waktu di pabrik pembuatan alat medis, berdiri berjam-jam di depan mesin sambil bermimpi suatu hari bisa main di stadion besar.
Setelah pindah ke Halifax Town dan kemudian ke Fleetwood Town, bakat Vardy mulai terlihat. Dia mencetak 31 gol dalam semusim dan akhirnya dibeli Leicester City pada 2012 dengan harga £1 juta, jumlah yang mengejutkan untuk ukuran pemain non-liga.
Sebagaimana pemain asal klub kecil yang silau dengan gemerlapnya panggung besar, Vardy pada awal kariernya di Championship menghadapi kesulitan. Tekanan besar membuatnya nyaris mundur dari sepak bola.
Namun, segalanya berubah pada musim 2015–2016. Di bawah manajer Claudio Ranieri, Vardy menjadi andalan Leicester. Dia membukukan 24 gol dan membawa tim yang nyaris degradasi musim sebelumnya menjadi juara di kasta tertinggi Inggris. Tak hanya itu, dia juga memecahkan rekor dengan mencetak gol dalam 11 laga berturut-turut, melampaui Ruud van Nistelrooy.
Vardy bukan hanya pencetak gol ulung, tetapi juga pribadi yang lekat dengan publik. Gaya hidupnya yang blak-blakan, selera humor khas orang Inggris utara, dan kisah perjuangannya membuatnya dicintai fans dari semua kalangan. Dia bukti hidup bahwa tidak semua bintang harus berasal dari akademi elit.
Meski sempat dilirik klub-klub besar, Vardy tetap setia bersama Leicester. Dia menolak pindah ke Arsenal saat sedang berada di puncak performa. Loyalitasnya menjadi cerita langka dalam sepak bola modern yang penuh godaan uang.
KEYWORD :Jamie Vardy Leicster City Kisah Liga Premier