Senin, 12/05/2025 20:42 WIB

7 Tradisi Perayaan Waisak di Dunia, dari Indonesia hingga India

Hari Raya Waisak, yang juga dikenal sebagai Vesak atau Buddha Jayanti, merupakan perayaan terpenting bagi umat Buddha di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Perayaan Waisak di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, Indonesia (Foto: Jatengprov)

Jakarta, Jurnas.com - Hari Raya Waisak, yang juga dikenal sebagai Vesak atau Buddha Jayanti, merupakan perayaan terpenting bagi umat Buddha di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Momen ini memperingati tiga peristiwa agung dalam kehidupan Sang Buddha Gautama: kelahiran di Lumbini, pencerahan di Bodhgaya, dan wafat (Parinirvana) di Kushinagar. Meski dilandasi ajaran yang sama, cara umat Buddha memperingatinya sangat beragam, mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai lokal di berbagai belahan dunia.

Waisak paling banyak dirayakan di negara-negara Asia seperti Indonesia, Thailand, India, Nepal, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan bahkan Korea Utara. Di masing-masing tempat, umat Buddha mengekspresikan devosi mereka melalui ritual khas—mulai dari festival lentera hingga prosesi spiritual, dari meditasi diam hingga kegiatan sosial yang penuh welas asih.

Secara umum, umat Buddha di berbagai daerah akan mengunjungi vihara setempat, melakukan meditasi, membaca ulang ajaran Buddha, mempersembahkan makanan, hingga berdana pada sesama. Banyak yang mengenakan pakaian putih sebagai lambang kesucian, dan tak sedikit pula yang mendekorasi rumah dengan lentera serta bertukar ucapan selamat dengan keluarga dan kerabat.

Indonesia

Di Indonesia, perayaan Waisak yang paling dikenal berlangsung di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Menurut Balai Konservasi Borobudur, tradisi ini telah berlangsung sejak tahun 1929, diprakarsai oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda yang anggotanya berasal dari kalangan Eropa dan bangsawan Jawa.

Perayaan ini sempat terhenti selama masa revolusi kemerdekaan dan saat pemugaran Borobudur pada tahun 1973. Namun, setelah pemugaran selesai, Waisak kembali digelar dan kini menjadi momen tahunan yang menarik perhatian umat Buddha dan wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Prosesi dimulai dari Candi Mendut, dilanjutkan dengan kirab suci menuju Borobudur sambil membawa Api Dharma dan Air Suci, simbol penerangan batin dan pembersihan jiwa. Di puncak acara, ribuan lampion kertas dilepaskan ke langit malam, menjadi representasi harapan dan doa untuk kedamaian dunia.

Tradisi ini juga menunjukkan bahwa Candi Borobudur bukan hanya situs sejarah, tapi juga ruang spiritual hidup yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia—sebuah gambaran nyata dari toleransi dan keberagaman yang dirajut dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.

Nepal

Sebagai tanah kelahiran Buddha, Nepal memperingati Buddha Jayanti dengan kekhusyukan yang mendalam. Umat Buddha berziarah ke Lumbini, tempat kelahiran Siddhartha Gautama, serta ke kuil-kuil suci seperti Swayambhunath dan Boudhanath.

Mereka mengenakan pakaian putih dan membagikan makanan, menandai pentingnya berbagi sebagai praktik spiritual. Usai ibadah, umat biasanya menyantap kheer, puding beras manis yang melambangkan kemurnian hati dan pemikiran.

Tiongkok

Di Tiongkok, Waisak dikenal sebagai Yufojie atau Festival Memandikan Buddha. Ritual utama berupa penyiraman patung bayi Buddha dengan air wangi yang telah didoakan. Ini menjadi simbol pembasuhan batin dari nafsu, kebencian, dan kebodohan.

Upacara ini disertai pembakaran dupa, pembacaan sutra, dan persembahan kepada para biksu. Bagi umat Tionghoa, Waisak bukan hanya perayaan keagamaan, tapi juga ajang merenungkan karma dan memperbarui niat hidup.

Jepang

Di Jepang, Waisak dikenal sebagai Hanamatsuri dan jatuh pada tanggal 8 April. Tradisi khasnya adalah memandikan patung bayi Buddha dengan ama-cha, teh manis dari daun hydrangea. Ritual ini bukan sekadar simbol pemurnian, tapi juga perayaan atas kelahiran seorang tokoh agung yang mengajarkan welas asih universal.

Bunga teratai menjadi elemen penting dalam perayaan ini, mewakili kesucian yang muncul dari lumpur kehidupan duniawi. Umat juga menghias altar dan mengenang nilai-nilai luhur yang diajarkan Buddha.

Bhutan

Di Bhutan, Waisak dikenal sebagai Duechen Nga Zom, yang jatuh pada bulan Saga Dawaperiode paling suci dalam kalender Buddha di negara tersebut. Sepanjang bulan ini, konsumsi dan penjualan daging dilarang, mencerminkan penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup.

Perayaan difokuskan pada meditasi, upacara keagamaan, pelepasan hewan, dan perbuatan baik. Tradisi ini menekankan filosofi pengendalian diri dan kesadaran batin sebagai kunci menuju kebahagiaan sejati.

Thailand

Di Thailand, Hari Waisak dikenal sebagai Visakha Bucha Day, dan menjadi salah satu hari libur nasional terpenting. Dirayakan pada bulan purnama di bulan keenam kalender lunar, umat Buddha di seluruh negeri berkumpul di wat (kuil-kuil Buddha) untuk memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha.

Perayaan dimulai sejak pagi hari dengan memberikan sedekah dan makanan kepada para biksu, kemudian dilanjutkan dengan meditasi dan pembacaan dhamma di kuil. Salah satu tradisi paling ikonik di Thailand adalah prosesi lilin (candlelight procession) di malam hari, di mana umat berjalan mengelilingi vihara sebanyak tiga kali sambil membawa lilin, dupa, dan bunga sebagai lambang penghormatan terhadap Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha).

Selama Visakha Bucha, penjualan alkohol dilarang secara nasional, dan pemerintah aktif mendorong masyarakat untuk tidak melakukan tindakan yang merusak moral. Sekolah, lembaga pemerintah, dan organisasi keagamaan biasanya juga mengadakan kegiatan sosial dan pendidikan keagamaan, menjadikan hari ini tak hanya bermakna spiritual, tapi juga membangun karakter dan solidaritas sosial.

India

Di India, Hari Waisak dikenal sebagai Buddha Purnima atau Vesak, dan dirayakan secara khidmat oleh umat Buddha dari berbagai tradisi, termasuk Theravāda, Mahāyāna, dan Vajrayāna. Perayaan ini memiliki makna yang sangat mendalam karena India merupakan tempat di mana Sang Buddha mencapai pencerahan di bawah Pohon Bodhi di Bodh Gaya, negara bagian Bihar.

Ribuan peziarah berkumpul untuk bermeditasi, berdana, dan mengikuti ritual suci di Kuil Mahabodhi. Perayaan ini juga bermakna identitas dan pembebasan sosial bagi banyak umat Buddha India.

KEYWORD :

Tradisi Hari Raya Waisak Perayaan Waisak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :