
Ilustrasi - Mengenal Deretan Tradisi Waisak yang Sarat Makna (Foto: Pexels/Afif Ramdhasuma)
Jakarta, Jurnas.com - Hari Raya Waisak, yang dikenal juga sebagai Vesak, merupakan momen sakral bagi umat Buddha di seluruh dunia. Peringatan ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga simbol refleksi, kedamaian, dan penghormatan terhadap ajaran Sang Buddha.
Di Indonesia, khususnya di Candi Borobudur – situs Buddha terbesar di dunia – Waisak dirayakan dengan serangkaian tradisi yang sarat makna. Berikut adalah deretan tradisi Waisak yang tak hanya penuh makna, tapi juga menyimpan kekayaan budaya.
1. Pengambilan Api Abadi dari Mrapen
Tradisi Waisak diawali dengan pengambilan Api Abadi dari Mrapen, sebuah sumber api alam di Grobogan, Jawa Tengah. Api ini melambangkan penerangan batin dan kekekalan ajaran Buddha. Api tersebut kemudian dibawa menuju Candi Mendut dengan upacara penuh khidmat sebelum akhirnya digunakan dalam prosesi utama.
2. Pengambilan Air Suci dari Umbul Jumprit
Selain api, Air Suci dari Umbul Jumprit, Temanggung, juga menjadi elemen penting dalam perayaan Waisak. Air ini digunakan untuk menyucikan altar dan simbolisasi pembersihan batin dari nafsu dan keburukan. Ritual ini menjadi momentum kontemplatif bagi umat Buddha untuk kembali ke nilai-nilai dasar ajaran Dharma.
3. Prosesi Jalan Kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur
Salah satu tradisi paling ikonik adalah prosesi jalan kaki sejauh 3 kilometer dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Ribuan umat Buddha berpakaian putih berjalan dengan tenang, membawa bunga dan dupa. Prosesi ini melambangkan perjalanan spiritual menuju pencerahan—sebuah simbol kuat dari transformasi batin yang didambakan setiap umat.
4. Puncak Waisak, Trisuci
Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya. Momen ini disebut detik-detik Waisak, dan biasanya jatuh pada saat bulan purnama tepat berada di atas Candi Borobudur. Umat akan bermeditasi hening selama detik tersebut, menciptakan suasana spiritual yang mendalam dan menyentuh jiwa.
5. Ritual Pemandian Rupang Buddha
Di beberapa vihara, termasuk di luar Jawa, tradisi pemandian rupang (patung) Buddha dilakukan oleh umat sebagai bentuk penghormatan dan simbol pembersihan jiwa. Air yang digunakan biasanya dicampur bunga, melambangkan kesucian dan keharuman hati yang tercerahkan.
6. Pelepasan Lampion
Sebagai penutup, ribuan lampion diterbangkan ke langit malam di area sekitar Borobudur. Setiap lampion membawa harapan dan doa dari umat, menciptakan pemandangan spektakuler yang tidak hanya magis, tapi juga sarat makna spiritual. Momen ini kerap menjadi simbol pelepasan dari kesedihan, harapan akan kedamaian dunia, dan permohonan kebijaksanaan hidup. (*)
KEYWORD :Tradisi Hari Raya Waisak Perayaan Waisak Borobudur