Ilustrasi dua orang perempuan sedang berbicara atau mengobrol (Foto: Pexels/C.Hsi)
Jakarta, Jurnas.com - Kesulitan menemukan kata saat berbicara sering dianggap hal sepele, terutama pada usia lanjut. Namun riset terbaru menunjukkan pola bicara tertentu bisa menjadi indikator awal penurunan fungsi kognitif.
Fenomena ini dikenal sebagai word-finding difficulty atau WFD, yakni kondisi ketika seseorang tahu makna yang ingin diucapkan tetapi kesulitan menyebutkan katanya. Gejala ini dapat muncul jauh sebelum gangguan ingatan atau demensia terdiagnosis.
Para peneliti menegaskan bahwa WFD sesekali masih tergolong normal, terutama saat lelah atau stres. Namun peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan dapat menandakan gangguan pada jaringan memori otak.
Penelitian dari University of Toronto dan Baycrest Health Sciences mengaitkan WFD dengan jalur saraf yang juga terdampak pada penyakit Alzheimer. Temuan ini mendorong ilmuwan meneliti pola bicara sebagai alat deteksi dini.
Alih-alih fokus pada kesalahan kata sesekali, para peneliti menemukan bahwa kecepatan berbicara justru lebih mencerminkan kesehatan kognitif secara keseluruhan. Orang yang berbicara lebih lambat cenderung menunjukkan penurunan fungsi perencanaan dan perhatian.
Untuk mengujinya, ilmuwan menggunakan tugas visual berupa permainan cepat yang mengukur respons verbal dalam hitungan milidetik. Metode ini memungkinkan pendeteksian gangguan sebelum terdengar jelas dalam percakapan sehari-hari.
Dalam studi yang melibatkan 125 peserta berusia 18 hingga 85 tahun, peserta lanjut usia menunjukkan respons lebih lambat saat memproses kata. Pola ini konsisten dengan melemahnya jalur saraf yang menghubungkan makna dan bunyi kata.
Namun saat sampel percakapan alami dianalisis, kesalahan mencari kata tidak selalu berkaitan dengan penurunan kognitif. Faktor yang paling menonjol justru perlambatan umum dalam tempo berbicara.
Temuan lanjutan memperkuat bahwa ritme bicara mencerminkan vitalitas otak. Semakin lambat alur kalimat, semakin rendah skor pada tes fungsi eksekutif.
Para peneliti menilai jeda singkat mencari kata bukanlah tanda bahaya utama. Yang perlu diwaspadai adalah perubahan bertahap pada kelancaran dan kecepatan berbicara.
Karena itu, kecepatan bicara kini diusulkan sebagai bagian dari pemeriksaan kognitif rutin. Analisis suara berbasis perangkat lunak juga berpotensi membantu dokter mendeteksi risiko lebih awal.
Meski demikian, aktivitas berbicara tetap penting untuk menjaga kesehatan otak. Bercerita, berdiskusi, dan bermain kata diyakini membantu menjaga jalur bahasa tetap aktif.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Aging, Neuropsychology, and Cognition dan menegaskan bahwa perubahan kecil dalam cara kita berbicara bisa menyimpan sinyal besar tentang kesehatan otak.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Pola Bicara Penurunan Kognitif Tanda Penurunan kognitif word-finding difficulty



























