Ilustrasi - mahasiswa usai perkuliahan (Foto: REUTERS)
Jakarta, Jurnas.com - Minat terhadap program studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT) terus menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan literasi keagamaan yang moderat, akurat, dan kontekstual, lulusan IAT kini memiliki peluang kerja yang semakin luas — tidak hanya di lembaga keagamaan, tetapi juga di berbagai sektor publik dan pendidikan.
Sejumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia mencatat, lulusan IAT dibekali kemampuan membaca, memahami, dan menafsirkan Al-Qur’an secara metodologis.
UT Buka Tiga Prodi Vokasi Baru Mulai Tahun Depan
Mereka juga dilatih menggunakan pendekatan bahasa, sejarah, dan sosial-budaya agar tafsir yang dihasilkan relevan dengan kehidupan masyarakat. Kompetensi ini membuat lulusan IAT dinilai penting dalam menjawab berbagai isu keberagamaan di ruang publik.
Salah satu pilihan karier yang paling banyak ditempuh adalah menjadi pendidik. Lulusan IAT dapat berkarier sebagai guru Pendidikan Agama Islam, ustaz pengajar tahfiz, instruktur tilawah, atau dosen — tentu dengan memenuhi persyaratan akademik lanjutan. Di sekolah maupun pesantren, kemampuan menjelaskan kandungan ayat secara sistematis membuat peran mereka sangat dibutuhkan.
Selain di bidang pendidikan, lulusan IAT juga memiliki peluang di lembaga riset dan penerbitan. Mereka dapat terlibat dalam penyusunan buku keislaman, modul kajian, kurikulum keagamaan, hingga menjadi editor naskah dan penulis konten literasi Qur’ani. Di era digital, permintaan terhadap penulis dan kurator konten keagamaan yang kredibel semakin tinggi, terutama untuk platform media, website dakwah, hingga program literasi masyarakat.
Pada sektor kelembagaan, lulusan IAT kerap terserap di kantor urusan agama, lembaga zakat dan wakaf, ormas keagamaan, dan lembaga sertifikasi halal. Mereka berperan dalam edukasi masyarakat, pembinaan keagamaan, hingga penyusunan program keumatan yang berbasis data dan dalil. Beberapa di antaranya juga terlibat sebagai konsultan keagamaan, penyuluh, atau narasumber di kegiatan penguatan moderasi beragama.
Kesempatan karier juga terbuka di dunia penyiaran. Banyak stasiun televisi, radio, hingga kanal digital menghadirkan program kajian dan tanya jawab keagamaan. Lulusan IAT dapat berperan sebagai host, pengisi materi, atau tim riset yang memastikan isi tayangan bersifat edukatif sekaligus akurat.
Meski begitu, pakar pendidikan mengingatkan pentingnya penguasaan keterampilan tambahan. Kemampuan komunikasi publik, literasi digital, bahasa asing, hingga riset sosial akan membuat lulusan IAT lebih kompetitif di pasar kerja. Pengembangan soft skill — seperti kepemimpinan, manajemen program, dan penulisan ilmiah — juga dinilai semakin relevan.
Dengan bekal akademik yang kuat dan keterampilan yang terus diasah, lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir bukan hanya menjadi penjaga tradisi keilmuan Islam, tetapi juga agen literasi yang membantu masyarakat memahami ajaran agama secara bijak, moderat, dan sesuai konteks zaman. Peluang kerja terbuka lebar — sejauh kompetensi terus ditingkatkan dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat dijaga.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
program studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir lulusan IAT lapanga pekerjaan


























