Ilustrasi - Ibn al-Haytham, Ilmuwan Muslim Pelopor Prinsip Kamera Jauh Sebelum Newton (Foto: Ibnalhaytham.com)
Jakarta, Jurnas.com - Nama Ibn al-Haytham mungkin tak sepopuler ilmuwan Barat modern, tetapi kontribusinya sangat fundamental dalam sejarah sains, termasuk fisika dunia. Ia dikenal sebagai tokoh yang meletakkan dasar metode ilmiah eksperimental, pelopor ilmu optik modern, hingga pelopor prinsip kamera.
Pemikirannya tidak hanya memengaruhi dunia Islam, tetapi juga menjadi rujukan penting bagi perkembangan sains di Eropa berabad-abad kemudian.
Siapa Ibn al-Haytham? Dikutip dari berbagai sumber, Ibn al-Haytham memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hasan ibn al-Hasan ibn al-Haytham. Ia lahir di Basra (Irak) sekitar tahun 965 M dan wafat di Kairo pada 1040 M.
Ibn al-Haytham hidup pada masa keemasan peradaban Islam, ketika ilmu pengetahuan berkembang pesat melalui riset, penerjemahan, dan diskusi ilmiah lintas disiplin.
Pemikiran Ibn al-Haytham diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad pertengahan dan memengaruhi tokoh-tokoh Eropa seperti Roger Bacon, Johannes Kepler, hingga René Descartes.
Dalam literatur Barat, ia sering disebut dengan nama Alhazen, dan diakui sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah optika.
Mengapa Ibn al-Haytham tecatat sebagai pelopor metode ilmiah? Ia tercatat menyumbangkan pendekatan ilmiah. Salah satu sumbangan terbesarnya adalah pendekatan ilmiah berbasis observasi langsung, eksperimen terkontrol, pembuktian rasional.
Mengenal Kesehatan Mental Menurut Ibnu Sina
Ia menolak spekulasi tanpa bukti dan menegaskan bahwa kebenaran ilmiah harus diuji melalui eksperimen. Pendekatan ini menjadikannya salah satu tokoh awal dalam sejarah metode ilmiah modern, jauh sebelum ilmuwan Eropa seperti Galileo
Ilmuwan Muslim abad ke-10 ini juga tercatat sebagai pelopor awal prinsip kamera melalui eksperimen camera obscura, sekitar 700 tahun sebelum masa Isaac Newton. Temuan tersebut menjadi fondasi ilmu optika visual yang memungkinkan lahirnya teknologi kamera modern.
Dalam karya monumentalnya Kitab al-Manazir (Book of Optics), Ibn al-Haytham membuktikan secara eksperimental bahwa cahaya merambat lurus dan gambar terbentuk ketika cahaya masuk melalui lubang kecil ke ruang gelap. Ia juga meluruskan teori penglihatan dengan menunjukkan bahwa mata menerima cahaya dari objek, bukan memancarkannya.
Eksperimen camera obscura yang dikembangkan Ibn al-Haytham merupakan cikal bakal prinsip kamera, meski belum berbentuk perangkat modern. Prinsip lubang kecil (pinhole), pembentukan citra terbalik, dan kontrol cahaya yang ia jelaskan menjadi dasar pengembangan lensa, fotografi, hingga sensor digital berabad-abad kemudian.
Sementara itu, Sir Isaac Newton yang hidup pada abad ke-17 berkontribusi besar pada teori cahaya dan optika fisik, tetapi bukan penemu kamera. Secara kronologis dan ilmiah, fondasi visual yang memungkinkan kamera hadir telah diletakkan Ibn al-Haytham jauh lebih awal, menegaskan perannya sebagai salah satu arsitek utama sains optika dunia.
Dengan demikian, Ibn al-Haytham adalah arsitek ilmiah kamera dan optika fotografi. Tanpa fondasi ilmiah ilmuwan Muslim abad ke-10 ini, teknologi fotografi modern tidak akan berdiri sebagaimana dikenal saat ini.
Adapun mengenai peran besar Ibn al-Haytham dalam sejarah sains, terdapat sebuah film yang diproduksi untuk mengulas dan mempopulerkannya. Film ini berjudul 1001 Inventions and the World of Ibn Al-Haytham. Film pendek edukatif (dirilis 2015) ini diproduksi oleh 1001 Inventions. (*)
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Ilmuwan Muslim Ibn al-Haytham Pelopor Prinsip Kamera Sir Isaac Newton

























