Senin, 15/12/2025 16:12 WIB

Dirut Garuda Diharapkan Benahi Peta Jalan Pemulihan Maskapai





Kalau kita baca sejarahnya, dari tahun 2015 sampai 2025, ada fluktuasi sangat tinggi menyangkut untung-rugi Garuda Indonesia.

Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi NasDem, Nengah Senantara. (Foto: Fraksi NasDem)

Jakarta, Jurnas.com - Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai NasDem, Nengah Senantara, menyoroti beragam persoalan yang dialami PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. selama satu dekade terakhir.

Politikus Nasdem ini mengatakan, maskapai pelat merah tersebut terus menghadapi tantangan berat, terutama terkait tingginya biaya operasional dan akumulasi kerugian sejak 2017.

Menurut Nengah, berdasarkan catatan historis, Garuda sempat mencatat keuntungan positif pada 2015–2016. Namun mulai 2017 hingga 2025, kerugian maskapai terus menumpuk hingga mencapai tingkat yang dinilainya “luar biasa tinggi”.

“Kalau kita baca sejarahnya, dari tahun 2015 sampai 2025, ada fluktuasi sangat tinggi menyangkut untung-rugi Garuda Indonesia,” ujar Nengah melalui keterangan resmi, Senin (15/12).

Dia juga mempertanyakan alasan biaya operasional Citilink yang justru lebih besar dibanding Garuda Indonesia, meski jumlah pesawat yang beroperasi lebih sedikit.

Ia menyebutkan bahwa Citilink memiliki 32 pesawat yang beroperasi, sementara Garuda mengoperasikan 58 pesawat. Namun biaya Citilink tercatat menyumbang 47 persen dari total biaya, lebih tinggi dari Garuda yang berada di angka 37 persen.

“Padahal jumlah pesawatnya terbalik. Kenapa biaya Citilink jauh lebih tinggi?” kata Nengah.

Dia juga menyoroti penggunaan suntikan dana Rp23,67 triliun dari pemerintah yang dialokasikan untuk pemeliharaan pesawat Garuda dan Citilink serta pembayaran kewajiban perusahaan.

Ia meminta penjelasan terkait proyeksi stabilisasi kinerja perseroan.

“Dengan suntikan dana Rp23,67 triliun ini, sampai tahun ke berapa Garuda bisa stabil dan minimal tidak merugi? Kalau tidak ada mapping yang memadai, tahun depan bisa muncul lagi permintaan tambahan modal. Ini yang kami khawatirkan,” tegasnya.

Meski mengapresiasi kualitas layanan Garuda yang meraih bintang lima, Nengah menegaskan bahwa persoalan operasional harus dibenahi secara mendasar. Ia menyebut empat masalah utama yang harus diantisipasi manajemen:

1. Biaya leasing pesawat yang sangat tinggi

2. Biaya maintenance yang terus membengkak

3. Biaya uptour

4. Fluktuasi nilai tukar USD

“Bagaimana antisipasi Garuda untuk ke depannya? Jangan sampai persoalan yang sama terus terjadi, terutama di maintenance dan biaya leasing,” katanya.

Nengah menyampaikan harapannya agar Direktur Utama Garuda Indonesia yang baru, yang ditunjuk langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, dapat membawa perusahaan kembali stabil dan mampu memberi kontribusi optimal bagi negara.

“Harapan kami, dengan Dirut Garuda yang baru (Glenny H. Kairupan) Garuda Indonesia bisa tumbuh dan berkembang di kemudian hari,” tandasnya.

 

 

 

KEYWORD :

Warta DPR Komisi VI Dirut Garuda Glenny H. Kairupan Garuda Indonesia Nengah Senantara




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :