Jum'at, 07/11/2025 16:58 WIB

Mengenal Ragam Wayang Indonesia, Warisan Budaya yang Terus Hidup





Berikut adalah ragam wayang di Indonesia, dari Wayang Golek, Wayang Kulit, hingga Wayang Orang yang masih lestari dan menarik untuk disimak

Ilustrasi wayang. (Foto: opini.id)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap 7 November, Indonesia memperingati Hari Wayang Nasional. Peringatan ini di antaranya merupakan momen yang menjadi pengingat panjangnya sejarah dan keragaman seni pertunjukan tradisional Nusantara ini.

Wayang telah menjadi denyut nadi kebudayaan Indonesia sejak lama, sejak berabad-abad. Dari Jawa hingga Bali, dari Lombok sampai Kalimantan, setiap daerah memiliki cara tersendiri menuturkan kisah dan nilai hidup pewayangan dan gerak tokohnya.

Wayang bukan sekadar pertunjukan tradisional, tetapi bentuk seni multidisipliner yang memadukan teater, musik, sastra, dan filsafat. Dalam setiap lakon, tersimpan ajaran moral dan spiritual yang menjadi cerminan kearifan lokal masyarakat Nusantara.

UNESCO mengakui keistimewaan itu dengan menetapkan wayang sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 7 November 2003. Pengakuan tersebut menegaskan bahwa seni mendongeng ini telah tumbuh dan berkembang di Indonesia selama berabad-abad.

Wayang Kulit menjadi bentuk yang paling dikenal masyarakat. Terbuat dari kulit kerbau tipis dan dimainkan di balik kelir, wayang ini menghadirkan kisah epos Mahabharata dan Ramayana yang telah diolah menjadi sarat nilai-nilai Jawa dan pesan moral universal.

Tokoh-tokoh seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong atau Cepot hingga Dawala memberi warna lokal yang khas. Mereka menghadirkan keseimbangan antara kebijaksanaan dan humor, memperlihatkan bahwa kebajikan bisa disampaikan dengan kesederhanaan.

Berikut adalah ragam wayang di Indonesia, dari Wayang Golek, Wayang Kulit, hingga Wayang Orang:

Di Tatar Sunda, Wayang Golek menjadi simbol budaya yang hidup di tengah masyarakat. Boneka kayu tiga dimensi ini tampil penuh warna, dengan cerita yang tidak hanya bersumber dari kisah klasik, tetapi juga legenda Islam seperti Amir Hamzah dan Menak.

Sementara itu, Wayang Beber menyuguhkan bentuk tertua dari seni pewayangan Indonesia. Dalam pertunjukan ini, dalang membuka lembaran kain bergambar sambil bercerita, menjadikannya perpaduan antara seni lukis, sastra, dan teater rakyat.

Di Yogyakarta dan Surakarta, Wayang Orang atau Wayang Wong tumbuh sebagai teater tradisional yang megah. Para pemainnya mengenakan kostum dan riasan khas tokoh wayang, menari diiringi gamelan sambil menghidupkan kisah Ramayana dan Mahabharata di panggung nyata.

Wayang Klithik atau Krucil menawarkan bentuk yang lebih sederhana namun sarat makna. Boneka kayu pipih ini sering menampilkan kisah Panji dari Jawa Timur, yang menggambarkan keberanian, cinta, dan kesetiaan dalam bingkai budaya lokal.

Keberagaman ini tidak hanya hadir di Jawa. Di Bali, terdapat Wayang Parwa dan Wayang Ramayana yang menjadi bagian dari upacara keagamaan, sedangkan di Lombok berkembang Wayang Sasak yang mengisahkan perjuangan Amir Hamzah sebagai tokoh dakwah Islam.

Di Kalimantan hidup Wayang Banjar, dan di Sumatra dikenal Wayang Palembang, keduanya memperlihatkan pengaruh Jawa yang berpadu dengan tradisi setempat. Keragaman itu menunjukkan bahwa wayang telah menjadi bahasa budaya yang dipahami lintas pulau dan keyakinan.

Di luar itu, ada pula Wayang Kancil yang diperuntukkan bagi anak-anak, Wayang Wahyu yang mengangkat kisah Alkitab, hingga Wayang Pancasila yang digunakan untuk pendidikan moral kebangsaan. Semua menunjukkan kemampuan wayang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan ruhnya.

Keragaman jenis dan gaya pertunjukan wayang mencerminkan kedalaman sistem budaya Indonesia. Setiap bentuk memiliki aturan, bahasa, dan struktur cerita sendiri, menandakan tingkat peradaban yang halus dalam cara masyarakat memaknai simbol dan narasi.

Meski dunia hiburan modern terus berkembang, wayang tetap bertahan di hati masyarakat. Dalang muda kini membawa wayang ke media sosial, panggung modern, hingga animasi digital, sebagai bentuk adaptasi agar tradisi ini tak berhenti di masa lalu.

Dari kulit, kayu, hingga orang atau manusia, wayang adalah cermin dari keragaman yang menyatukan. Dalam setiap kisah yang dimainkan, tersimpan pesan bahwa budaya Indonesia selalu menemukan cara untuk hidup, bertahan, dan menerangi zaman. (*)

Sumber: Indonesia.go.id

 

KEYWORD :

Hari Wayang Nasional Ragam Wayang Indonesia Warisan Budaya Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :