
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Foto: Anadolu)
Jakarta, Jurnas.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin mengumumkan sebuah rencana damai berisi 20 poin yang ia klaim mampu mengakhiri konflik genosida Israel di Jalur Gaza sekaligus membebaskan para sandera yang masih ditahan di wilayah Palestina.
“Sore ini, setelah konsultasi intensif dengan mitra di kawasan, saya resmi merilis prinsip-prinsip perdamaian yang, saya harus katakan, banyak disukai orang,” ujar Trump dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
Trump menegaskan bahwa hingga kini hanya Hamas yang belum menyetujui dokumen tersebut, meski belum jelas apakah kelompok itu sudah menerima salinannya sebelum pengumuman resmi.
“Pihak lain sudah setuju. Tapi saya rasa kita akan mendapat jawaban positif. Kalau tidak, seperti Anda tahu Bibi, kami akan mendukung penuh apa pun langkah yang perlu Anda ambil,” tambahnya.
Konflik di Gaza telah berlangsung hampir dua tahun dengan dukungan penuh dari pemerintahan Biden dan Trump terhadap Israel, termasuk suplai senjata ofensif serta enam kali veto di Dewan Keamanan PBB untuk menggagalkan resolusi gencatan senjata.
Hingga kini, lebih dari 66.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak tewas. Sebagian besar wilayah Gaza luluh lantak, memicu gelombang pengungsian, krisis pangan, air bersih, dan meluasnya penyakit.
Dalam rencananya, Trump menawarkan transformasi Gaza menjadi “zona bebas teror yang tidak mengancam negara tetangga,” sekaligus pembangunan kembali infrastruktur demi kepentingan warga.
Jika proposal itu diterima kedua pihak, perang akan dihentikan, pasukan Israel mundur ke posisi tertentu, dan operasi militer ditangguhkan sesuai kesepakatan.
Seluruh sandera, baik hidup maupun yang sudah meninggal, harus dikembalikan dalam waktu 72 jam setelah Israel menyatakan persetujuan. Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga akan membebaskan 250 napi seumur hidup serta 1.700 tahanan Gaza. Untuk setiap jenazah sandera Israel, 15 jenazah warga Gaza akan dipulangkan.
Trump menambahkan, anggota Hamas yang menyerahkan senjata dan bersedia hidup damai akan memperoleh amnesti. Sedangkan mereka yang ingin meninggalkan Gaza akan difasilitasi ke negara lain.
“Bantuan kemanusiaan penuh akan segera dikirim ke Gaza,” tegas Gedung Putih, seraya menyebut PBB, Bulan Sabit Merah, dan lembaga independen lain sebagai penyalur utama bantuan. Dukungan mencakup pemulihan rumah sakit, penyediaan roti, serta alat berat untuk membersihkan puing-puing, sesuai kesepakatan 19 Januari.
Trump juga mengusulkan pembentukan lembaga transisi bernama board of peace yang dipimpinnya langsung, dengan keanggotaan yang melibatkan Tony Blair serta sejumlah pemimpin dunia.
“Para pemimpin Arab dan Israel meminta saya memimpin ini, jadi ketuanya adalah Presiden Donald J. Trump dari Amerika Serikat,” katanya.
Badan tersebut dirancang untuk bekerja sama dengan Bank Dunia dan lembaga internasional lain guna membentuk pemerintahan baru di Gaza yang terdiri dari warga Palestina dan pakar global.
Trump menegaskan, “Hamas dan kelompok teroris lain tidak akan terlibat, baik langsung maupun tidak, dalam pemerintahan Gaza.”
Dalam kesempatan itu, ia juga menyebut Netanyahu menolak tegas gagasan pembentukan negara Palestina.
“Beberapa negara secara gegabah mengakui negara Palestina. Beberapa kawan kita di Eropa. Mereka orang baik, tapi saya rasa mereka lelah dengan konflik puluhan tahun ini,” ucap Trump.
Sumber: Anadolu
KEYWORD :Presiden Amerika Donald Trump Genosida Gaza Israel