Minggu, 21/09/2025 16:09 WIB

Adrem alias Kue Kontol Kejepit, Jajanan Legendaris Bantul yang Namanya Menggelitik

Dari sekian banyak jajanan tradisional Indonesia, nama kue yang satu ini nyaris selalu mencuri perhatian. Ia dikenal dengan sebutan Tolpit, singkatan atau akronim dari “kontol kejepit” yang terkesan vulgar, namun justru membuatnya dikenal, viral, dicari, dan dikenang.

Gambar kue kontol kejepit atau adrem, jajanan legendaris Bantul yang namanya menggelitik (Foto: Epos)

Jakarta, Jurnas.com - Dari sekian banyak jajanan tradisional Indonesia, nama kue yang satu ini nyaris selalu mencuri perhatian. Ia dikenal dengan sebutan Tolpit, singkatan atau akronim dari “kontol kejepit” yang terkesan vulgar, namun justru membuatnya dikenal, viral, dicari, dan dikenang.

Dikutip dari berbagai sumber, di balik nama nyeleneh itu, kue Tolpit sebenarnya bernama asli Adrem, camilan manis khas Bantul yang sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan, jejak sejarahnya tercatat dalam Serat Centhini, naskah kuno Jawa abad ke-18 yang memuat ragam pengetahuan, termasuk kuliner. Kue ini ditetapkan sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan RI.

Popularitas nama Tolpit bermula dari bentuk kue ini yang dianggap menyerupai bagian intim pria yang terjepit. Sebutan itu lahir secara jenaka dari masyarakat setempat dan terus dilestarikan secara lisan dari generasi ke generasi.

Meski terkesan vulgar, nama Tolpit sudah dikenal luas dan bahkan masuk dalam percakapan sehari-hari warga Yogyakarta dan sekitarnya. Uniknya, alih-alih dihindari, nama itu justru dianggap sebagai bagian dari identitas lokal yang khas dan berani.

Proses pembuatannya juga menjadi alasan mengapa kue ini disebut demikian. Setelah adonan digoreng hingga mengembang, kue kemudian dijepit menggunakan tiga batang sumpit agar membentuk lekukan yang unik.

Teknik “penjepitan” ini bukan sekadar ciri khas, tapi juga menciptakan tampilan visual yang menjadi daya tarik utama. Dari atas, kue tampak seperti kerucut yang terbelah, membuat bentuknya mudah dikenali di antara jajanan pasar lainnya.

Adonan dasarnya terbuat dari campuran tepung beras, gula Jawa cair, dan kelapa parut. Semua bahan ditumbuk hingga halus, lalu digoreng dalam minyak panas hingga berubah warna menjadi cokelat keemasan.

Meski sederhana, rasanya kaya dan khas, berpadu antara manis legit dan aroma kelapa yang kuat. Camilan ini paling nikmat disantap dalam keadaan hangat, biasanya ditemani teh, kopi, atau es kelapa muda.

Di pasar tradisional Bantul, Adrem masih dijajakan di atas tampah dengan tataan melingkar yang menggoda selera. Harganya murah meriah, namun menyimpan nilai budaya, filosofi, dan sejarah yang tinggi.

Tak sekadar jajanan biasa, Adrem dulunya disajikan sebagai bagian dari tradisi panen. Para pedagang akan menjajakan kue ini dari sawah ke sawah dan menukarnya dengan hasil panen seperti gabah.

Makanan ini juga dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan Jawa. Penyajiannya menjadi wujud syukur atas berkah panen dan simbol keseimbangan antara alam dan manusia.

Filosofi Adrem lebih dalam dari yang terlihat. Kue ini dimaknai sebagai lambang pengampunan, pengayoman, serta harapan akan hidup yang lebih "adhem" atau tenteram.

Karena maknanya yang lekat dengan nilai spiritual, Adrem kerap disajikan dalam ritual adat atau hajatan keluarga. Ia menjadi simbol harapan atas kehidupan yang baik, baik di dunia maupun setelahnya.

Sementara itu, nama Tolpit mungkin masih mengundang canda atau bahkan perdebatan soal kepantasan. Namun masyarakat setempat menganggapnya sebagai bagian dari humor dan kearifan lokal yang tak perlu dibuat rumit.

Lagi pula, dalam budaya Jawa, humor adalah bagian dari cara bertahan dan menyampaikan pesan secara tersirat. Termasuk dalam hal kuliner, di mana nama bisa menjadi alat untuk menarik perhatian dan membangun keakraban.

Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Bantul, tapi juga di banyak daerah lain di Indonesia. Nama-nama seperti nasi kentut, es pocong, hingga mie setan menunjukkan bahwa penamaan unik bisa jadi kekuatan pemasaran.

Masyarakat justru tertarik karena keunikannya, lalu bertahan karena kualitas rasanya. Dalam konteks Tolpit, rasa manis dan tekstur renyahnya menjadikan kue ini lebih dari sekadar bahan lelucon.

Lewat tangan para pedagang lokal, Adrem tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan kuliner yang hidup dan menghidupi. Di tengah gempuran makanan modern, eksistensinya menjadi penanda kuatnya akar tradisi. (*)

KEYWORD :

Adrem Kue Kontol Kejepit Tolpit Jajanan Khas Bantul Sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :