Selasa, 16/09/2025 16:29 WIB

Antartika Memanas Lebih Cepat dari Prediksi, Dunia Harus Waspada

Temuan ini mengejutkan karena menunjukkan bahwa pemanasan di Antartika Timur terjadi lebih cepat dibanding rata-rata pemanasan global. Mayoritas peningkatan suhu itu berlangsung antara Oktober hingga Maret, ketika musim semi berlanjut ke musim panas.

Ilustrasi - Antartika Memanas Lebih Cepat dari Prediksi, Dunia Harus Waspada (Foto: Science Alert)

Jakarta, Jurnas.com - Penelitian terbaru mengungkap bahwa wilayah pedalaman Antartika Timur memanas lebih cepat dari yang selama ini diperkirakan. Kenaikan suhu di sana mencapai 0,45 hingga 0,72 derajat Celsius per dekade, melebihi rata-rata global.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menganggap bagian dalam Antartika relatif stabil karena minimnya pengaruh iklim eksternal. Namun, data dari stasiun cuaca otomatis yang aktif sejak 1990-an menunjukkan tren sebaliknya: panas dari musim semi kini bertahan lebih lama hingga musim panas.

Pemanasan ini berkaitan erat dengan perubahan suhu permukaan laut di Samudra Hindia bagian selatan. Zona pertemuan air hangat dan dingin, yang disebut Subtropical Frontal Zone, menguat hingga 20 persen dalam tiga dekade terakhir.

Akibatnya, pola sirkulasi atmosfer ikut berubah. Tekanan tinggi di atas Antartika menarik udara hangat dari lintang menengah dan mendorongnya masuk ke pedalaman, mempercepat proses pemanasan di wilayah yang sebelumnya dianggap tidak tersentuh.

Faktor lain seperti osilasi iklim Pasifik dan pergeseran sistem tekanan Mascarene High juga memperkuat masuknya panas ke benua es. Para peneliti meyakini perubahan ini tidak sepenuhnya alami dan kemungkinan besar dipicu oleh pemanasan global akibat aktivitas manusia.

Sementara wilayah pesisir Antartika masih relatif terlindungi, pertahanan alaminya mulai melemah. Luas es laut terus menurun sejak 2016 dan mencapai titik terendah pada 2023, membuka celah bagi panas untuk menyebar lebih luas.

Lapisan Es Antartika Timur menyimpan sebagian besar air tawar dunia. Jika pemanasan terus berlangsung, pencairan es bisa mempercepat kenaikan permukaan laut dan memicu dampak global.

Profesor Naoyuki Kurita dari Universitas Nagoya menyatakan bahwa aliran udara hangat selama 30 tahun terakhir adalah sinyal jelas bahwa pemanasan permukaan bisa segera menjangkau wilayah pesisir seperti Stasiun Syowa. Ini menjadi peringatan dini sebelum dampaknya terasa lebih luas.

Selama bertahun-tahun, Antartika dianggap sebagai benteng terakhir yang aman dari perubahan iklim. Kini, keyakinan itu harus direvisi karena datanya menunjukkan sebaliknya.

Wilayah yang dulunya dianggap tidak terpengaruh oleh dinamika global ternyata sangat rentan terhadap perubahan suhu laut dan tekanan atmosfer. Pemanasan yang terjadi di Antartika menunjukkan betapa terhubungnya sistem iklim global.

Apa yang terjadi di kutub selatan tidak akan berhenti di sana. Dampaknya akan dirasakan di seluruh dunia, dari kota-kota pesisir yang rawan banjir hingga pulau-pulau kecil yang terancam tenggelam. (*)

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications. Sumber: Earth

KEYWORD :

Antartika Pemanasan Global Perubahan Iklim Kenaikan permukaan laut




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :