Minggu, 14/09/2025 14:56 WIB

Misteri Asal Usul Nama Gunung Salak di Jawa Barat

Gunung Salak merupakan gunung yang menjulang setinggi 2.211 meter di atas permukaan laut, terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.

Ilustrasi - Gunung Salak (Foto: Banhub Jabar)

Jakarta, Jurnas.com - Gunung Salak merupakan gunung yang menjulang setinggi 2.211 meter di atas permukaan laut, terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. Gunung ini terkenal karena keindahan alamnya sekaligus sejarah dan legenda yang menyelimutinya.

Gunung Salak telah lama menjadi pusat perhatian para pendaki, spiritualis, hingga peneliti geologi. Namun, dari mana sebenarnya nama "Salak" berasal?

Dikutip dari berbagai sumber, ada beberapa versi mengenai asal usul penamaan Gunung Salak. Salah satu versi yang banyak dipercaya adalah bahwa nama Salak berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Salaka, yang berarti perak. 

Menurut sejumlah catatan sejarah dan kepercayaan lokal, Gunung Salak dahulu dikenal sebagai gunung yang suci dan memiliki "kilau" yang dipercaya sebagai simbol kesucian atau kemegahan—seperti perak yang berkilauan. Nama “Salaka” kemudian mengalami penyederhanaan fonetik oleh masyarakat setempat menjadi “Salak”.

Adapun menurut laman Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, setidaknya terdapat 5 versi terkait asal usul penamaan Gunung Salak yang perlu ditelaah lebih lanjut. Versi pertama ialah berasal dari masyarakat adat Desa Giri Jaya yang menjelaskan kata Siloka berarti simbol atau sandi, sedangkan Salaka bermakna asal usul. Gunung Salak dianggap menyimpan banyak misteri kehidupan dan menjadi simbol kawasan asal mula kehidupan mereka.

Selain itu, ada mitos yang menghubungkan nama Gunung Salak dengan buah salak berukuran besar yang konon ditemukan di sekitar gunung. Namun, bukti konkret tentang keberadaan pohon salak atau buah tersebut masih samar dan menjadi teka-teki.

Versi lain menyebutkan nama Salak berasal dari Kerajaan Salakanagara, sebuah kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi di kaki gunung. Klaim ini masih diperdebatkan karena ada pula yang menempatkan kerajaan tersebut di Pandeglang, sehingga butuh riset lebih lanjut.

Versi keempat, dari sudut bahasa, Salaka dalam bahasa Sanskerta berarti perak. Nama ini mungkin terinspirasi dari kilauan lereng Gunung Salak yang menyerupai warna perak saat terkena sinar matahari, meski belum ada bukti kandungan perak secara fisik di gunung tersebut.

Menariknya, ada juga hipotesis yang mengaitkan kata Salaka dengan bahasa Arab, yakni Salaka Yasluku, yang bermakna berjalan menuntut ilmu tentang hakekat, sejarah, dan kearifan. Hal ini membuka kemungkinan adanya pengaruh budaya dan bahasa lain dalam penamaan gunung.

Dengan banyaknya versi dan penafsiran tersebut, asal usul nama Gunung Salak memang masih penuh teka-teki. Setiap versi menawarkan perspektif berbeda yang memperkaya makna budaya dan sejarah gunung ini.

Gunung Salak telah lama menjadi lokasi ritual dan kegiatan spiritual. Di kawasan ini terdapat beberapa situs keramat seperti Pura Parahyangan Agung Jagatkartta dan Cipaku, yang dipercaya sebagai tempat bertapa para leluhur atau tokoh penting zaman kerajaan Sunda.

Hal ini memperkuat teori bahwa Gunung Salak memiliki makna simbolik yang lebih dalam daripada sekadar nama geografis. Di masa lalu, gunung ini dipercaya sebagai salah satu titik "paku bumi", yaitu tempat penting dalam kosmologi tradisional Sunda.

Dalam tradisi lisan masyarakat Sunda, Gunung Salak sering disebut sebagai bagian dari wilayah spiritual Kerajaan Sunda Pajajaran. Keberadaan gunung ini diyakinisebagai tempat pertapaan para resi atau petapa suci. Salah satunya adalah Prabu Siliwangi, raja legendaris Pajajaran yang konon pernah mengasingkan diri di kawasan pegunungan ini.

Selain nilai spiritual dan mitos, Gunung Salak juga menyimpan jejak peradaban lama. Di sekitar lerengnya, terdapat makam kuno dan situs purbakala yang menunjukkan bahwa daerah ini telah dihuni sejak masa lampau. Salah satu situs yang cukup dikenal adalah Makam Keramat Mbah Gunung Salak, dipercaya sebagai tempat peristirahatan seorang tokoh spiritual.

Keberadaan situs-situs ini menunjukkan bahwa Gunung Salak bukan hanya penting secara geografis, tetapi juga secara historis dan kultural dalam perkembangan masyarakat Sunda.

Gunung Salak juga dikenal memiliki cuaca yang cepat berubah dan jalur pendakian yang cukup ekstrem, terutama melalui jalur Cidahu dan Cimelati. Selain itu, kawasan ini merupakan lokasi dari banyak kecelakaan pesawat, termasuk tragedi pesawat Sukhoi Superjet 100 pada tahun 2012. Hal ini makin memperkuat citra Gunung Salak sebagai "gunung yang angker" di mata masyarakat.

Namun di balik kesan mistis tersebut, Gunung Salak menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa. Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah rumah bagi berbagai spesies langka seperti owa jawa, elang jawa, dan berbagai tanaman endemik. (*)

KEYWORD :

Jawa Barat Gunung Salak Asal usul Sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :