Jum'at, 05/09/2025 02:04 WIB

Nur Agis Buka-bukaan Modal Utama Jadi Wawali Serang

Menduduki jabatan publik menjadi pencapaian prestisius bagi Nur Agis Aulia, yang berasal dari kalangan keluarga biasa. Sebelum menjadi Wakil Walikota Serang, Agis telah melakoni berbagai profesi mulai dari karyawan BUMN hingga peternak kambing.

Wakil Walikota Serang, Nur Agis Aulia (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Menduduki jabatan publik menjadi pencapaian prestisius bagi Nur Agis Aulia, yang berasal dari kalangan keluarga biasa. Sebelum menjadi Wakil Walikota Serang, Agis telah melakoni berbagai profesi mulai dari karyawan BUMN hingga peternak kambing.

"Don’t give up! Jangan menyerah!" kata kata dari motivator kondang ini terus tersimpan di memori Agis hingga kini dan menjadi prinsip hidupnya, ketika pertama kali mendengar ucapan motivasi itu sekitar 15 tahun silam.

Ketika terjun sebagai wirausaha peternakan Jawara Farm, Agis berhasil memberdayakan ratusan peternak sehingga mengangkat taraf ekonomi mereka.

"Semua berawal dari mimpi untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan kebodohan. Ini menjadi narasi besar saya," ujar dia.

Keyakinan itu pula yang menjadi pedoman baginya ketika dia kemudian memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Baginya, dengan menjadi pejabat publik, dampak yang diberikan kepada masyarakat bisa jauh lebih besar.

Semuanya dimulai pada 2019, ketika dia memberanikan diri mengikuti Pemilihan Legislatif Kota Serang. Dari ajang itu, Agis terpilih sebagai anggota DPRD untuk periode 2019-2024.

Usai menjadi anggota DPRD, Agis tak lantas pensiun dari dunia politik. Dia didorong oleh para kolega dan rekan-rekannya berlaga di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang pada 2024, Agis pun setuju untuk maju. Berpasangan dengan calon Wali Kota Budi Rustandi, Agis berhasil memenangi pilkada dan kini memimpin Kota Serang.

"Setelah terpilih kami optimalkan peran-peran yang kami miliki. Kalau saya di Jawara Farm, 500 orang yang bisa terbantu. DPRD bisa puluhan ribu, jadi Wakil Wali Kota ini saya targetkan ratusan ribu bahkan jutaan orang bisa saya bantu melalui kebijakan. Nah, ini bagian lompatan saya untuk melipatgandakan kebaikan, memperkuat dan memperluas kebaikan," kata dia.

Lahir di Serang, 21 April 1989, Agis tumbuh dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang ASN golongan rendah dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Usai sekolah dasar dan menengah di kota kelahirannya, Nur Agis Aulia meneruskan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Karena latar belakang keluarga itulah, Nur Agis Aulia sangat menyadari bahwa ada banyak keluarga lain di daerahnya yang masih memerlukan dukungan.
Dorongan itu yang kemudian membuat dia memutuskan untuk meninggalkan posisinya yang nyaman di sebuah BUMN yang berkantor di Jakarta.

Dari Jakarta, dia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Serang, Banten, untuk mengembangkan potensi daerah asalnya. Maklum, desa-desa di wilayah Serang Banten masih tertinggal dan angka kemiskinan begitu tinggi.

"Saya melihat bahwa di desa itu tingkat kemiskinan dan penganggurannya besar bukan karena minimnya SDM, tapi potensi di sana tidak dioptimalkan," kata Agis.

Dari situlah, dia melihat peluang di bidang agroindustri, khususnya peternakan domba dan kambing. Meski tidak memiliki latar belakang dan pendidikan di bidang tersebut, dia bisa melihat bahwa potensi pasar sektor peternakan masih terbuka lebar.

"Selama manusia belum bisa makan batu, plastik, atau kertas, juga selama ibadah kurban bukan menyembelih ayam atau kelinci, dengan jumlah penduduk dan kebutuhannya, nah ini potensi besar," dia berseloroh.

Agis akhirnya mantap mendirikan Jawara Farm, sebuah peternakan kambing dan domba terintegrasi. Tak semata hitung-hitungan bisnis, melalui usaha ini dia memberdayakan petani dan peternak setempat. Agis menyiapkan skema bisnis yang membuat peternak memperoleh pendapatan rutin secara harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan.

Dengan semangat learning by doing, Agis mengembangkan usahanya. Bukannya tanpa tantangan, wirausaha itu juga pernah mengalami masa-masa sulit, seperti saat Agis ditipu karyawannya.

Namun dengan prinsip don’t give up yang dia pegang, Agis bangkit kembali. Kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Dari hanya di Kota Serang, usaha ternak Agis kemudian mencakup Serang Raya dan meluas hingga Provinsi Banten, bahkan hingga kabupaten lainnya di Jawa Tengah.

"Sekarang kami memiliki mitra aktif di Bogor, Jawa Barat, dan di Magelang, Jawa Tengah. Kami kembangkan kolaborasi dengan peternak domba dan kambing di seluruh Indonesia," kata dia.

Keberhasilan Nur Agis Aulia yang kini menjadi Wakil Wali Kota Serang tidak lepas dari berbagai ikhtiar yang dia lakukan. Saat kuliah, dia aktif di Koperasi Mahasiswa UGM dan pernah menduduki posisi sebagai ketua.

Karena berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, Agis juga aktif mencari beasiswa untuk mendukung kegiatan perkuliahan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan beasiswa Tanoto Foundation, mengikuti serangkaian seleksi hingga akhirnya lolos.

Dalam program ini, Tanoto Scholars bukan hanya dituntut untuk meraih prestasi akademik, melainkan juga dapat mengembangkan potensinya di luar perkuliahan, seperti berorganisasi.

"Saya berterima kasih kepada Tanoto Foundation karena membantu dalam proses pembiayaan kuliah dan uang saku, sehingga saya tidak mikir lagi soal biaya dan fokus untuk belajar dan berorganisasi," ujar Agis.

Menurut dia, program-program Tanoto Foundation memberi bekal penting bagi generasi muda, terutama program peningkatan soft skill untuk penerima beasiswa Tanoto Foundation, seperti kecakapan berkomunikasi, networking, dan leadership.

Berbagai pembekalan soft skill ini sangat berarti bagi pengembangan karirnya. Seperti soal networking atau kemampuan berjejaring, dia praktikkan dengan menjaga dan membangun hubungan baik dengan sesama Tanoto Scholars. Termasuk dengan memanfaatkan media sosial yang masih terbatas pada Facebook kala itu dan kini makin mudah dengan berbagai pilihan teknologi.

"Networking itu kata kunci juga untuk bisa berjuang di dunia yang penuh tantangan. Jadi kalau memang ingin betul-betul bertumbuh kata kuncinya membangun networking supaya nanti bisa terjalin kolaborasi sehingga pertumbuhan bisa lebih cepat," kata dia.

Namun salah satu aktivitas bersama Tanoto Foundation yang sangat berkesan dan amat membekas dalam hidup Nur Agis adalah saat para penerima beasiswa dikumpulkan di suatu perkemahan di Bogor, Jawa Barat.

Di situ, Tanoto Scholars dari berbagai kampus di Tanah Air digembleng dan belajar kepemimpinan dari para profesional.

"Ini praktik yang menarik untuk belajar leadership. Mahasiswa kan punya egonya masing-masing. Tapi dalam camp pelatihan tersebut, kita diajarkan lebih bijak dan dimotivasi untuk menjadi leader yang menciptakan perubahan serta dampak positif," dia menambahkan.

Saat ini Tanoto Foundation sedang membuka pendaftaran Beasiswa TELADAN angkatan 2026 di 10 perguruan tinggi negeri Indonesia.

Mahasiswa yang lolos seleksi program TELADAN akan mendapatkan bantuan biaya kuliah secara penuh dan tunjangan biaya hidup bulanan, serta yang berbeda dengan beasiswa lain, adalah penerima beasiswa juga akan mendapat pelatihan pengembangan kepemimpinan terstruktur selama 3.5 tahun dari semester 2 hingga 8.

Tanoto Scholars mendapat berbagai dukungan pengembangan kepemimpinan dan soft skills, termasuk bantuan finansial tambahan untuk mengikuti kompetisi, konferensi, sertifikasi, serta program pembelajaran jangka pendek di dalam dan luar negeri, seperti summer course, exchange, dan volunteering. Mereka juga berkesempatan magang di industri mitra Tanoto Foundation, serta memperoleh pembiayaan untuk penelitian kolaboratif.

KEYWORD :

Wakil Walikota Serang Nur Agis Aulia Program Teladan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :