
Ilustrasi - Viral Kode ACAB 1213 Marak saat Aksi Demo, Apa Artinya? (Foto: Ist/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Coretan angka 1312 dan tulisan ACAB sempat marak muncul di berbagai sudut kota, mulai dari dinding jalan, halte, hingga tembok Gedung DPR. Begitu juga di media sosial kode tersebut sempat menjadi hot topik hingga menjadi isu yang viral. Fenomena ini mencuat bersamaan dengan gelombang kemarahan publik pasca insiden tragis yang menewaskan Affan Kurniawan.
Affan, seorang pengemudi ojek online, meninggal dunia pada Kamis, 28 Agustus 2025, setelah terlindas kendaraan rantis Brimob saat tengah melintasi lokasi demonstrasi buruh. Ia saat itu sedang mengantarkan pesanan di tengah kericuhan di sekitar kompleks parlemen.
Peristiwa ini memicu gelombang protes luas di dunia maya, terutama di platform X, Instagram hingga TikTok. Warganet menggunakan kode ACAB 1312 sebagai bentuk solidaritas dan kemarahan terhadap kekerasan aparat.
Namun, apa sebenarnya makna dari angka 1312 yang kini menjadi simbol perlawanan tersebut? Dan mengapa ia begitu sering disandingkan dengan istilah ACAB?
Dikutip dari berbagaisumber, kode 1312 merupakan sandi dari frasa “All Cops Are Bastards” atau disingkat ACAB. Jika dirunut berdasarkan urutan alfabet, 1 berarti A, 3 berarti C, 1 kembali A, dan 2 untuk B.
Dengan cara itu, 1312 menjadi simbol terselubung yang menyampaikan pesan ACAB tanpa menyebutkannya secara langsung. Kode ini sering digunakan untuk menghindari penyensoran di media sosial atau pembungkaman di ruang publik.
Frasa ACAB sendiri bukan sesuatu yang baru. Istilah ini telah digunakan sejak awal abad ke-20 di Inggris oleh para buruh yang melakukan aksi mogok sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritas.
Pada dekade 1940-an, tulisan ACAB mulai muncul di pakaian penjara Inggris, digunakan oleh para narapidana sebagai simbol ketidakpercayaan terhadap aparat. Selanjutnya, istilah ini berkembang dalam subkultur punk dan skinhead pada era 1970 hingga 1980-an.
Popularitas ACAB meningkat secara global setelah band punk asal London, The 4-Skins, merilis lagu berjudul “A.C.A.B.” pada tahun 1982. Sejak saat itu, simbol ini menyebar ke berbagai belahan dunia sebagai lambang perlawanan terhadap kekerasan polisi.
Di Indonesia, simbol 1312 kembali menggema setelah kematian Affan dianggap sebagai bentuk nyata dari kegagalan aparat dalam melindungi warga sipil. Unggahan bertuliskan 1312 tidak sekadar menjadi tren, tetapi sarana menyuarakan ketidakadilan.
Meski terdengar kasar, banyak yang menegaskan bahwa ACAB tidak ditujukan untuk menyerang individu polisi. Sebaliknya, frasa ini dianggap sebagai kritik terhadap sistem kepolisian yang dinilai represif dan tidak akuntabel.
Dalam berbagai demonstrasi di dunia, ACAB kerap muncul dalam bentuk grafiti, tato, stiker, dan poster. Ia menjadi simbol kolektif dari suara yang merasa tak lagi didengar oleh sistem hukum.
Kemarahan yang disampaikan melalui kode 1312 merupakan ekspresi dari akumulasi kekecewaan. Terutama ketika tindakan aparat dinilai melewati batas dan merenggut nyawa orang yang seharusnya tidak menjadi korban.
Beberapa negara bahkan telah memasukkan ACAB dalam daftar simbol kebencian. Namun banyak pihak, termasuk aktivis, seniman, hingga akademisi, membela penggunaannya sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.
Kasus Affan memperkuat kembali urgensi diskusi mengenai kekerasan negara dan ruang aman bagi warga sipil. Dalam konteks ini, angka 1312 bukan sekadar coretan vandalistik, tapi pesan yang menyuarakan keresahan kolektif. (*)
KEYWORD :Kode ACAB 1213 Demo Polisi Viral