
Ilustrasi sedang menjalin percintaan (Foto: Pexels/Nino Souza)
Jakarta, Jurnas.com - Cinta modern tak lagi sekadar urusan hati. Di tengah perubahan norma sosial dan ambisi karier, satu faktor muncul sebagai penentu utama dalam kesiapan menjalin hubungan: penghasilan.
Itulah temuan studi terbaru dari psikolog Geoff MacDonald (University of Toronto) dan Johanna Peetz (Carleton University), yang menganalisis data dari lebih dari 4.800 orang lajang di AS dan Jerman. Hasilnya konsisten di kedua negara: penghasilan tinggi tidak membuat orang lebih bahagia saat lajang, tetapi membuat mereka lebih ingin menjalin hubungan.
Uang Tidak Membuat Bahagia, Tapi Mendorong Ingin Pacaran
Menariknya, pendapatan tidak berdampak pada tingkat kepuasan sebagai lajang. Banyak orang berpenghasilan tinggi tetap merasa tidak puas dengan kesendiriannya. Namun, mereka lebih termotivasi untuk mencari pasangan, karena merasa secara emosional dan praktis lebih siap.
Hal ini sejalan dengan teori Relationship Receptivity, yang menyebut bahwa kesiapan menjalin hubungan bergantung pada dua hal: keinginan dan kesiapan. Dan penghasilan berperan dalam keduanya.
“Orang paham bahwa sulit menikmati hubungan jika mereka kerja 80 jam seminggu atau tidak tahu akan tinggal di mana tahun depan,” ujar MacDonald.
Stabilitas Finansial Mendorong Langkah Nyata
Dalam survei lanjutan enam bulan kemudian, peserta berpenghasilan tinggi lebih mungkin memulai hubungan, terlepas dari usia atau gender. Ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi membantu orang mengambil langkah nyata dalam hubungan.
Secara psikologis, penghasilan memberi rasa kendali dan kepercayaan diri dalam urusan percintaan. Dalam beberapa studi lain, pendapatan juga dikaitkan dengan meningkatnya keberanian dalam mendekati calon pasangan.
Konsumerisme, Tren Kekinian yang Bikin Boros
Pria dan Wanita Sama-Sama Terpengaruh, Tapi...
Meski efeknya terlihat pada semua gender, data dari Jerman menunjukkan bahwa penghasilan berdampak lebih besar bagi pria dalam peluang menjalin hubungan. Norma tradisional soal peran laki-laki sebagai penyedia mungkin jadi salah satu penyebab.
Namun secara keseluruhan, lebih banyak uang = lebih besar keinginan untuk berpasangan, tak peduli jenis kelamin.
Saat Cinta Butuh Ruang Bernapas
Riset ini mengingatkan kita bahwa cinta tak hidup di ruang hampa. Banyak orang menunda menjalin hubungan bukan karena tak ingin, melainkan karena belum merasa mampu secara ekonomi.
Tanpa fondasi finansial yang kuat, banyak orang memilih menunda atau menghindari hubungan, bukan karena tak ingin cinta, tetapi karena realistis soal beban yang menyertainya.
Jadi, apakah uang bisa membeli cinta? Tidak langsung. Tapi uang bisa memberi seseorang ruang dan kesiapan untuk mencarinya. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Psikologi cinta kesiapan menjalin hubungan keuangan relasi studi cinta modern