Rabu, 30/07/2025 02:47 WIB

Kopi Bisa Bikin Bakteri di Usus Lebih Kebal terhadap Antibiotik, Kata Studi

Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa zat seperti kafein dapat mengubah respons bakteri terhadap antibiotik tanpa perlu mutasi atau gen kebal baru. Perubahan itu membuat beberapa antibiotik menjadi kurang efektif—bukan karena rusak, tapi karena bakteri belajar menghindarinya.

Ilustrasi - Kopi pahit (Foto: Pexels/Samer Daboul)

Jakarta, Jurnas.com - Secangkir kopi mungkin membuat Anda lebih terjaga, tapi di sisi lain, itu juga bisa membantu bakteri dalam tubuh Anda menjadi lebih tangguh terhadap antibiotik. Ini adalah temuan tak terduga dari penelitian yang dipimpin oleh Prof. Ana Rita Brochado dari University of Würzburg, Jerman.

Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa zat seperti kafein dapat mengubah respons bakteri terhadap antibiotik tanpa perlu mutasi atau gen kebal baru. Perubahan itu membuat beberapa antibiotik menjadi kurang efektif—bukan karena rusak, tapi karena bakteri belajar menghindarinya.

Kafein Mengubah Cara Bakteri Menyerap Obat

Penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri seperti E. coli bisa mendeteksi zat di sekitarnya, termasuk kafein, lalu menyesuaikan perilakunya. Salah satu responsnya adalah mengaktifkan gen bernama Rob, yang kemudian mengubah aktivitas protein-protein transport di membran sel.

Efeknya? Antibiotik seperti ciprofloxacin jadi lebih sulit masuk ke dalam bakteri. Akibatnya, bakteri tidak benar-benar kebal, tapi jadi lebih sulit untuk dibunuh.

“Caffeine triggers a cascade of events starting with the gene regulator Rob and culminating in the change of several transport proteins in E. coli, which in turn leads to a reduced uptake of antibiotics such as ciprofloxacin,” kata Prof. Brochado.

Bukan Mutasi, Tapi Adaptasi Sementara

Tim peneliti menguji 94 senyawa—termasuk antibiotik, obat manusia, dan bahan makanan—dan fokus pada tujuh gen yang terkait dengan protein transport. Mereka menemukan bahwa kafein bukan ‘latar belakang netral’, melainkan pemicu yang cukup kuat.

Yang menarik, efek ini tergolong resistensi tingkat rendah. Tidak ada perubahan genetik permanen atau gen kebal yang diwariskan. Tapi perubahan ini cukup untuk memberi E. coli kesempatan bertahan lebih lama dalam tubuh.

“Efek-efek semacam ini tidak akan terlihat dalam uji resistensi standar di laboratorium,” kata Christoph Binsfeld, peneliti utama studi dan kandidat PhD di Universitas Würzburg. “Tapi di dalam usus, efeknya bisa signifikan.”

Tidak Semua Bakteri Bereaksi Sama

Efek ini tidak universal. Ketika diuji pada Salmonella enterica, bakteri tidak menunjukkan pengurangan penyerapan antibiotik setelah terpapar kafein. Ini menunjukkan bahwa bahkan bakteri yang mirip pun bisa merespons secara berbeda tergantung pada cara mereka mengatur ekspresi gen.

Perlukah Mengatur Pola Konsumsi Kopi saat Sakit?

Temuan ini menambah lapisan baru dalam diskusi soal resistensi antibiotik. Jika zat seperti kafein bisa mengubah cara kerja antibiotik dalam tubuh, maka konsumsi harian seperti kopi, teh, bahkan suplemen herbal bisa ikut memengaruhi hasil pengobatan.

“Penelitian ini menunjukkan pentingnya memahami bagaimana zat yang kita konsumsi setiap hari bisa memengaruhi efektivitas terapi medis,” kata Dr. Karla Pollmann, Presiden Universitas Tübingen.

Kesimpulan: Kopi Mungkin Tidak Netral Saat Minum Obat

Meski kafein tidak membuat bakteri menjadi ‘kebal’ dalam arti sebenarnya, ia tetap memberi keuntungan kecil yang bisa membuat perbedaan besar dalam infeksi. Dalam dunia medis, sedikit keunggulan bisa menentukan apakah bakteri mati... atau bertahan dan jadi lebih kuat.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS Biology. (*)

Sumber: Earth

KEYWORD :

Kopi antibiotik kafein dan resistensi bakteri penelitian kafein resistensi antibiotik




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :