Jum'at, 09/05/2025 17:42 WIB

Alasan ini Masyarakat Korsel Tolak Pemberian Tip

Memberi tip di Korea Selatan bukan hal yang lazim. Banyak warga berpendapat bahwa memberikan tip itu justru merendahkan penerimanya.

Warga Korsel Tolak Pemberian Tip ( Foto : Detik )

Jakarta, Jurnas.com - Sebuah stoples di toko bagel yang populer di Seoul, Korea Selatan, memicu perdebatan nasional terkait  pemberian tip, yang dimana sebagian besar orang menentang normalisasi gratifikasi.

Para kritikus Korea Selatan menjelaskan bahwa pemberian tip dapat menyebabkan kebingungan dalam masyarakat Korea. Dan menurut mereka sebenarnya hal ini tidak harus terjadi karena negara tersebut memiliki upah pokok yang cukup tinggi.

Bahkan beberapa orang di sana berpendapat, dengan memberikan tip dianggap sebagai penghinaan karena konsumen menganggap pekerja tersebut membutuhkan belas kasihan.

Cara pandang masyarakat Korea Selatan berbeda dengan Amerika Serikat (AS), yang dimana sekitar 20% total pendapatan pekerja di sektor jasa berasal dari uang tip. Bahkan di Eropa sendiri, para pekerja di kafe dan restoran sangat berterima kasih jika diberi sedikit tip.

Karena tidak memiliki tradisi memberi tip, banyak warga Korsel kesulitan untuk mengetahui berapa banyak tip yang harus diberikan ketika bepergian ke luar negeri. 

Perdebatan di Korea Selatan ini dimulai pada bulan Juli lalu, ketika sebuah foto stoples tip yang berada di samping mesin kasir di sebuah toko bagel di Seoul menjadi viral di media sosial.

Kemudian dilabeli "kotak tip" dan diisi dengan uang kertas, sebuah cuitan di sebuah platfrom media sosial Korea Selatan berhasil menarik menyita perhatian jutaan orang, demikian dilaporkan surat kabar The Korea Herald.

Menyikapi kejadian itu, operator kafe tersebut mengungkapkan pihaknya memperkenalkan kotak tip itu setelah pelanggan asing bertanya dimana mereka harus meninggalkan uang tip untuknya, namun reaksi yang didapatkan dari dalam negeri malahan negatif.

Salah satu komentar mengatakan bahwa toko tersebut berusaha menghindari pembayaran pajak, sementara komentar lain yang mengatakan, "Sekarang, selain biaya pengiriman dan biaya pengambilan, kita diharapkan untuk memberikan tip juga?"

Pemberian tip juga memunculkan kekhawatiran untuk melakukan "gapjil", kata dalam bahasa Korea yang berarti eksploitasi pekerja, yang dimana ketika para staf sudah menerima tip, bos mereka tidak perlu lagi bermurah hati dalam memberikan upah minimum yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

Disamping itu Park Yeong-seon yakni seorang mahasiswa ekonomi di Universitas Perempuan Seoul sangat menentang pemberian tip ini menjadi hal yang biasa di Korea Selatan dan meyakini bahwa tradisi ini tidak akan pernah populer.

Ia juga menyebutkan bahwa budaya memberikan tip ini secara luas mampu menghancurkan budaya dan ekonomi Korea.

"Mereka tidak suka jika orang lain meremehkan mereka. Saya dulu bekerja paruh waktu di sebuah toko daging dan menerima tip dari pria yang lebih tua. Uang tip itu ... membuat saya merasa tidak enak karena saya merasa mendapatkan simpati, paparnya kepada The Korea Herald.

 

KEYWORD :

Tip Korea Selatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :