Senin, 13/05/2024 22:37 WIB

Bantu Pesawat Israel, PM Netanyahu Berterima Kasih kepada Arab Saudi

Penerbangan Air Seychelles yang membawa 128 penumpang terpaksa mendarat pada Senin (28/8) karena gangguan listrik.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu

JAKARTA, Jurnas.com - Sebuah pesawat yang membawa warga Israel pulang dari negara kepulauan Seychelles di Samudera Hindia mendarat darurat di Arab Saudi sebelum terbang kembali ke Tel Aviv.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, beterima kasih kepada Arab Saudi karena mengizinkan pesawat itu mendarat darurat. Dia memuji Riyadh, menyebutnya sebagai tanda niat baik ketika Amerika Serikat (AS) berupaya menengahi upaya hubungan formal kedua negara tersebut

"Saya sangat menghargai sikap hangat pemerintah Saudi terhadap penumpang Israel yang penerbangannya mengalami kesulitan," kata dia dalam video yang direkam dalam bahasa Ibrani dengan teks bahasa Arab, sambil menunjuk ke arah peta wilayah di belakangnya.

"Saya sangat menghargai hubungan bertetangga yang baik."

Penerbangan Air Seychelles yang membawa 128 penumpang terpaksa mendarat pada Senin (28/8) karena gangguan listrik.

Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan para penumpang bermalam di hotel bandara di Jeddah dan diterbangkan kembali oleh maskapai dengan pesawat alternatif.

Data pelacakan dari FlightRadar24.com menunjukkan Airbus A320 Air Seychelles, penerbangan HM22, dialihkan ke Jeddah pada Senin malam saat berada di atas Laut Merah. Maskapai ini tidak menanggapi permintaan komentar.

Air Seychelles A320 lainnya terbang ke Jeddah pada hari Selasa dari Dubai untuk menjemput para pelancong dan membawa mereka ke Tel Aviv. Pada Juli 2022, Arab Saudi mencabut larangan penerbangan Israel selama kunjungan Presiden AS Joe Biden ke kerajaan tersebut.

Para penumpang keluar dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada Selasa malam, beberapa di antaranya tampak terkejut dengan segerombolan wartawan, fotografer, dan balon pesta yang menyambut mereka.

Dalam wawancara dengan media Israel, para penumpang mengatakan pengalaman mereka di Jeddah menyenangkan, bahkan beberapa warga Saudi bahkan menyapa mereka dalam bahasa Ibrani.

"Sambutan yang kami dapatkan dari pihak Saudi sangat mengejutkan," Emmanuelle Arbel, salah satu penumpang, mengatakan kepada Radio 103FM, menurut Times of Israel. "Mereka mengatakan kepada kami `Sama-sama` dan tersenyum. Sebenarnya, kami tidak mengharapkan hal ini."

Upaya normalisasi

Meskipun Arab Saudi bukan salah satu negara Teluk dan Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Perjanjian Abraham tahun 2020 yang ditengahi AS, spekulasi mengenai kesepakatan yang akan datang semakin berkembang.

Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan resmi, meskipun mereka telah mengembangkan hubungan informal yang kuat dalam beberapa tahun terakhir karena kekhawatiran mereka mengenai semakin besarnya pengaruh Iran di wilayah tersebut.

Kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi, negara Arab paling kuat dan terkaya, berpotensi mengubah kawasan dan meningkatkan posisi Israel dalam sejarah.

Namun menjadi perantara kesepakatan semacam itu merupakan sebuah tantangan berat karena kerajaan tersebut telah mengatakan bahwa mereka tidak akan secara resmi mengakui Israel sebelum adanya resolusi terhadap konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Pemerintahan sayap kanan Israel saat ini, yang dipimpin oleh Netanyahu, disalahkan atas meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, di mana serangan yang dilakukan hampir setiap hari telah menewaskan dan melukai ratusan orang.

Israel juga telah menegaskan bahwa mereka akan terus memperluas pemukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, meskipun ada kritik internasional dan tuduhan apartheid oleh organisasi hak asasi manusia.

Sementara itu, Arab Saudi juga tampaknya mencari jaminan pertahanan dan akses terhadap teknologi nuklir AS.

Komentator pers Israel menyatakan upaya normalisasi dengan Arab Saudi telah sangat terganggu setelah Israel mengumumkan pertemuan antara menteri luar negerinya dan mitranya dari Libya di Roma.

Pengumuman tersebut memicu protes di Libya, yang tidak mengakui Israel, dan menyebabkan pemecatan Menteri Luar Negeri Najla al-Mangoush.

Namun Kementerian Luar Negeri Israel pada Senin membantah menjadi sumber “bocoran” pertemuan kedua menteri tersebut, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Menurut jurnalis Barak Ravid, insiden tersebut dapat berkontribusi dalam menghalangi negara-negara Arab untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, tulisnya untuk situs Israel Walla.

Sumber: Al Jazeera

KEYWORD :

Arab Saudi Israel Pesawat Mendarat Darurat Benjamin Netanyahu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :