Senin, 06/05/2024 10:11 WIB

Mahasiswa RI di Inggris Riset Potensi Perdagangan Karbon

Mahasiswa RI di Inggris Riset Potensi Perdagangan Karbon

Perjanjian kerja sama antara Doctrine-UK dan swasta (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Perusahaan konsultan swasta di London Euquatorise berkolaborasi dengan mahasiswa doktoral (S-3) di Inggris, untuk melakukan riset potensi perdagangan karbon.

Perdagangan karbon ialah kegiatan jual beli karbon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis mekanisme pasar.

Jalinan kerja sama tersebut ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara CEO Equatorise Steven Marcelino dan Ketua Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK), yang merupakan organisasi independen mahasiswa doktoral Indonesia di Inggris. Penandatanganan naskah kerja sama tersebut disaksikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London Khairul Munadi.

"Potensi perdagangan karbon di Indonesia sangat besar, kontribusinya terhadap GDP bisa mencapai $US15 miliar, atau lebih dari Rp220 triliun dan mendatangkan hingga US$9 miliar penanaman modal asing. Kami yakin mahasiswa S3 mampu melakukan analisis mendalam berbasis data dan fakta tentang potensi perdagangan karbon Indonesia," ujar Steven melalui keterangan tertulis pada Minggu (12/2).

Ketua Doctrine-UK Gatot Subroto mengatakan jalinan tersebut adalah bentuk kerja sama konkrit antara dunia pendidikan dengan industri.

"Ini salah satu ikhtiar kami agar hasil riset yang dilakukan para mahasiswa S3 Indonesia di Inggris tidak hanya berakhir di laci meja dan perpustakaan. Namun dapat diterapkan oleh pihak swasta," ujar dia.

Rezza Frisma Prisandy, Ketua Klaster Kajian Perubahan Iklim Doctrine UK menyebut keluaran dari MoU tersebut adalah laporan dan publikasi riset perdagangan karbon di Indonesia. Klaster Kajian Perubahan Iklim berisi 49 mahasiswa doktoral Indonesia yang sedang riset atau memiliki ketertarikan tentang isu lingkungan. Saat ini mereka sedang melakukan studi S3 di berbagai kampus ternama di Inggris.

"Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon yang mengatur skema perdagangan karbon. Kami berharap riset yang kami hasilkan tidak hanya berguna untuk swasta, namun juga dapat mendukung program pemerintah," imbuh dia.

"Sebab, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai produsen kredit karbon berbasis alam (nature based carbon credit) di dunia," sambung mahasiswa S3 bidang Climate Finance di University of Manchester itu.

KEYWORD :

Mahasiswa Doktoral S-3 Inggris Kolaborasi Doctrine-UK




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :