Kamis, 25/04/2024 15:12 WIB

Presiden Ukraina Klaim Puluhan Ribu Tewas di Mariupol

Ombudswoman Ukraina menuduh pasukan Rusia di wilayah tersebut melakukan penyiksaan dan eksekusi.

Anggota pasukan pro-Rusia memeriksa jalan-jalan selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, pada 7 April 2022. (Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko)

KYIV, Jurnas.com - Ukraina mengatakan puluhan ribu orang kemungkinan tewas dalam serangan Rusia di kota tenggara Mariupol. Sementara itu, Ombudswoman Ukraina menuduh pasukan Rusia di wilayah tersebut melakukan penyiksaan dan eksekusi.

Dikutip dari Reuters, kehancuran yang masif dan meluas di Mariupol, tetapi belum terkonfirmasi dugaan kejahatan atau perkiraan yang tewas di kota strategis, yang terletak di antara Krimea yang dicaplok Rusia dan wilayah timur Ukraina yang dikuasai separatis yang didukung Rusia.

"Mariupol telah dihancurkan, ada puluhan ribu orang tewas, tetapi meskipun demikian, Rusia tidak menghentikan serangan mereka," kata Presiden Volodymyr Zelenskyy dalam pidato video kepada anggota parlemen Korea Selatan tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Jika angak yang disebutkan Zelenskyy terkonfirmasi, maka itu akan menjadi jumlah kematian terbesar sejauh ini yang dilaporkan di satu tempat di Ukraina, di mana kota-kota dan desa-desa telah dibombardir tanpa henti dan mayat-mayat, termasuk warga sipil, terlihat di jalan-jalan.

Kepala Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri yang didukung Rusia, Denis Pushilin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA pada  Senin bahwa lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas di Mariupol. Ia mengatakan pasukan Ukraina bertanggung jawab.

Jumlah orang yang meninggalkan kota telah turun karena pasukan Rusia telah memperlambat pemeriksaan sebelum keberangkatan, Petro Andryushchenko, seorang pembantu walikota Mariupol, mengatakan pada hari Senin di layanan pesan Telegram.

Sekitar 10.000 orang sedang menunggu pemeriksaan oleh pasukan Rusia, katanya. Rusia tidak mengizinkan personel militer untuk pergi dengan pengungsi sipil. Tidak ada komentar langsung dari Moskow, yang sebelumnya menyalahkan Ukraina karena menghalangi evakuasi.

Mengutip angka dari pemerintah kota Mariupol, ombudswoman hak asasi manusia Ukraina Lyudmyla Denisova mengatakan 33.000 penduduk Mariupol telah dideportasi ke Rusia atau wilayah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.

Sementara itu, Rusia mengatakan pada Minggu bahwa mereka telah mengevakuasi 723.000 orang dari Ukraina sejak dimulainya apa yang disebutnya operasi khusus.

"Para saksi melaporkan bahwa pasukan penjaga nasional Rusia dan unit `Kadyrovite` (Chechnya) melakukan penangkapan ilegal, menyiksa tahanan dan mengeksekusi mereka karena sikap pro-Ukraina," di Mariupol, kata Denisova dalam sebuah posting di Telegram.

Pemerintah Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan penyiksaan tersebut.

Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Geraschenko mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada  Senin bahwa orang-orang yang dideportasi Ukraina disimpan di sanatoria dan kamp liburan yang dijaga.

"Orang-orang ini tidak diizinkan untuk bergerak bebas, atau memiliki akses gratis ke platform komunikasi untuk menghubungi kerabat mereka di Ukraina," katanya, tanpa mengutip bukti langsung.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah pos pemeriksaan di sepanjang koridor yang dikontrol Rusia antara Mariupol ke kota Zaporizhzhia di Ukraina telah bertambah dari tiga menjadi 15.

Mariupol termasuk di antara sembilan koridor kemanusiaan yang disepakati dengan Rusia pada hari Senin untuk mengevakuasi orang-orang dari wilayah timur yang terkepung, tetapi koridornya hanya untuk mobil pribadi, kata Vereshchuk di Telegram.

"Tidak mungkin menyepakati penyediaan bus," katanya.

Ukraina mengatakan pasukan Rusia berkumpul untuk serangan baru di wilayah timur, termasuk Mariupol, di mana orang-orang tidak memiliki pasokan air, makanan dan energi selama berminggu-minggu.

KEYWORD :

Invasi Rusia ke Ukraina Senjata Kimia Volodymyr Zelenskyy Mariupol




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :