Rabu, 14/05/2025 18:00 WIB

Harapan Baru untuk Kesembuhan dan Mencegah Kekambuhan GERD

GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit

Ilustrasi GERD. Pasien harus melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD (Foto:jakarta.ayoindonesia)

Jakarta, Jurnas.com – Meskipun Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) tidak mengancam jiwa secara langsung, penyakit ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang harus diwaspadai seperti komplikasi peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus serta kanker esofagus. Apabila tidak diobati dengan tepat, GERD dapat menyebabkan kekambuhan dan komplikasi sehingga menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya.

GERD adalah penyakit saluran cerna dengan gejala dan komplikasi yang mengganggu, yang diakibatkan oleh refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan . GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi menjelaskan, “GERD merupakan penyakit yang tidak mengancam jiwa, namun apabila terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esofagus), lama kelaman akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esofagus.”

Ia juga mengatakan, “Beberapa faktor risiko yang memang dapat meningkatkan risiko terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat dan skleroderma. Selain itu, kekambuhan dari GERD juga dapat dipicu oleh beberapa aktivitas seperti merokok, mengkonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengkonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng, mengkonsumsi minuman atau makanan berkafein, serta mengkonsumsi obat tertentu seperti aspirin.”

Penanganan GERD yang tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi peradangan pada dinding dalam kerongkongan atau esofagus. Peradangan tersebut dapat menyebabkan munculnya luka hingga jaringan parut di kerongkongan sehingga penderita menjadi sulit menelan.

“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD,” jelasnya, “Yaitu dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk sebisa mungkin dihindari. Pada umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.”

Ia memaparkan,”bahwa GERD dapat disembuhkan, setelah sembuh yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya.”

Untuk meredakan gejala GERD, dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat seperti antasida untuk menetralkan asam lambung dan produksi asam lambung ditekan dengan pemberian obat golongan antagonis H2 reseptor atau penghambat pompa proton (PPI).

Pada kondisi tertentu di mana GERD tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan, dokter akan merekomendasikan untuk dilakukan pembedahan. Sedangkan untuk gastritis dan tukak lambung yang disebabkan oleh H. pylori, pengobatannya yaitu dengan eradikasi atau membunuh kuman tersebut dengan menggunakan kombinasi antara antibiotik dan penekan asam lambung,” jelasnya.

”Saat ini terdapat inovasi baru yang digunakan untuk pengobatan GERD dan H. Pylori, yaitu Vonoprazan. Vonoprazan merupakan obat penekan asam lambung baru, yang pertama tersedia di Indonesia, dari kelas yang berbeda dengan obat-obat sebelumnya, yaitu kelas Potassium-Competitive Acid Bloker (PCAB).

Vonoprazan dapat meningkatkan Ph lambung secara cepat, pereda nyeri ulu hati yang cepat, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah secara cepat dan lebih baik daripada PPI, dan mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari.

Obat ini sudah digunakan sebagai first line terapi dalam eradikasi infeksi H. pylori di Jepang, dan dipercaya dapat menggantikan peran Proton Pump Inhibitor (PPl) dengan tingkat eradikasi yang lebih baik. Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi yang lebih lama, lebih stabil dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan PPI.

Yohannes Sinaga, Country Head PT. Wellesta CPI mengatakan, “Wellesta berkomitmen mendukung dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kualitas hidup pasien terkait penyakit GERD dan penyakit terkait asam lambung lainnya di Indonesia. “

“Kami berkomitmen untuk menyediakan obat-obatan terkait penyakit gastro intestinal yang inovatif kepada semua masyarakat di Indonesia, salah satunya dengan menghadirkan Vonoprazan sebagai solusi dari kebutuhan pasien Acid Related Disease yang belum dapat dipenuhi oleh PPI. Kami percaya dengan mekanisme kerja dan fitur yang dimiliki oleh Vonoprazan dapat menjadi harapan baru dan menjadi terapi lini pertama bagi pasien GERD dan eradikasi H. pylori dengan biaya terapi yang terjangkau.,” tutupnya.

KEYWORD :

Mencegah GERD Kambuh Wellesta CPI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :