Jum'at, 17/05/2024 21:02 WIB

Aktivis Antikudeta Myanmar Protes Junta dengan Serangan Diam

Myanmar terjerumus ke dalam krisis ketika militer menggulingkan pemimpin Aung San Suu Kyi dan pemerintahnya pada 1 Februari, memicu protes harian di kota-kota besar dan kecil dan pertempuran di perbatasan antara militer dan pemberontak etnis minoritas.

Seorang pria mengendarai sepeda motor di jalan kosong dekat stasiun kereta api pada 10 Desember 2021, di Mandalay, Myanmar tengah. (Foto: AP)

Naypyidaw, Jurnas.com - Para pengunjuk rasa di Myanmar menutup bisnis dan menjauh dari jalan-jalan pada Jumat (10/12) dalam "serangan diam" terhadap pemerintahan oleh militer dan penggulingan pemerintah negara Asia Tenggara yang terpilih secara demokratis dalam kudeta Februari.

Dikutip dari Reuters, foto-foto yang diterbitkan media Myanmar menunjukkan jalan-jalan dan pasar yang sepi di kota-kota di seluruh negeri, sementara pengunjuk rasa di kota utara Shwebo mengenakan pakaian hitam dan berbaris dalam diam.

"Kita perlu mengirim pesan ke dunia tentang pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan di Myanmar," kata pemimpin protes Khin Sandar kepada media.

"Diam adalah teriakan paling keras. Kami ingin hak kami kembali. Kami ingin revolusi. Kami mengungkapkan kesedihan untuk pahlawan kami yang gugur," katanya.

Myanmar terjerumus ke dalam krisis ketika militer menggulingkan pemimpin Aung San Suu Kyi dan pemerintahnya pada 1 Februari, memicu protes harian di kota-kota besar dan kecil dan pertempuran di perbatasan antara militer dan pemberontak etnis minoritas.

Peraih Nobel Aung San Suu Kyi, 76, menghadapi berbagai tuduhan dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara pada Senin atas tuduhan pertama atas hasutan dan melanggar peraturan COVID-19 menarik kecaman internasional atas apa yang digambarkan oleh para kritikus sebagai pengadilan palsu.

Kepala junta kemudian mengurangi hukumannya dua tahun dengan alasan kemanusiaan tetapi tuduhan yang masih dia hadapi bisa membuatnya dipenjara selama bertahun-tahun.

Pasukan Junta yang berusaha menghancurkan oposisi telah menewaskan lebih dari 1.300 orang, menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Minggu lalu, lima orang tewas dan sedikitnya 15 ditangkap setelah tentara menggunakan mobil untuk menabrak protes anti-kudeta di kota Yangon. Media pemerintah Myanmar telah menolak laporan insiden itu sebagai disinformasi.

Seorang aktivis mahasiswa dari kelompok protes Badan Kolaborasi Pemogokan Umum, Minn Khant Kyaw Linn mengatakan partisipasi dalam "serangan diam" telah meluas. "Anda dapat melihat betapa banyak orang membenci junta," katanya.

KEYWORD :

Aktivis Antikudeta Myanmar Aung San Suu Kyi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :