Jum'at, 17/05/2024 12:25 WIB

Pemerintah Taliban Hadapi Ancaman Serangan ISIS

Sebuah serangan mematikan di bandara Kabul bulan lalu dan serangkaian ledakan bom di kota timur Jalalabad, yang diklaim oleh afiliasi lokal ISIS, menggarisbawahi ancaman terhadap stabilitas dari kelompok militan kekerasan yang tetap tidak berdamai dengan Taliban.

Taliban meminta agar dapat mewakili pemerintah Afghanistan di sidang Majelis Umum PBB yang kini sedang berlangsung di New York, Amerika Serikat. (AP/Zabi Karimi)

Kabul, Jurnas.com - Lebih dari sebulan setelah menggulingkan pemerintah yang didukung Barat di Kabul, penguasa baru Taliban, Afghanistan kini menghadapi musuh internal yang mengadopsi banyak taktik perang kota dari kelompok ISIS.

Sebuah serangan mematikan di bandara Kabul bulan lalu dan serangkaian ledakan bom di kota timur Jalalabad, yang diklaim oleh afiliasi lokal ISIS, menggarisbawahi ancaman terhadap stabilitas dari kelompok militan kekerasan yang tetap tidak berdamai dengan Taliban.

Namun juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid menepis ancaman tersebut, dengan mengatakan bahwa ISIS tidak memiliki kehadiran yang efektif di Afghanistan. Sayangnya, para komandan di lapangan tidak mengabaikan ancaman itu begitu saja.

Dua anggota badan intelijen yang menyelidiki beberapa serangan baru-baru ini di Jalalabad mengatakan, taktik menunjukkan kelompok itu tetap berbahaya, bahkan jika tidak memiliki cukup pejuang dan sumber daya untuk merebut wilayah.

Menggunakan bom lengket, bom magnet biasanya menempel di bagian bawah mobil, serangan tersebut menargetkan anggota Taliban dengan cara yang persis sama seperti yang digunakan Taliban sendiri untuk menyerang pejabat dan tokoh masyarakat sipil untuk mengacaukan pemerintahan sebelumnya.

"Kami khawatir dengan bom lengket yang pernah kami terapkan untuk menargetkan musuh kami di Kabul. Kami khawatir tentang kepemimpinan kami karena mereka dapat menargetkan mereka jika tidak berhasil mengendalikan mereka," kata salah satu pejabat intelijen Taliban.

ISIS Khorasan atau ISIS-K pertama kali muncul pada akhir 2014, tetapi makin menurun dari puncaknya sekitar 2018 menyusul serangkaian kerugian besar yang ditimbulkan oleh pasukan Taliban dan AS.

Pasukan keamanan Taliban di Nangarhar mengklaim telah membunuh tiga anggota kelompok itu pada Rabu (22/9) malam, dan para pejabat intelijen mengatakan gerakan itu masih mempertahankan kemampuan untuk menimbulkan masalah melalui serangan skala kecil.

"Struktur utama mereka rusak dan mereka sekarang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk melakukan serangan," kata salah satu dari mereka.

KEYWORD :

ISIS Taliban Kelompok Radikal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :