Jum'at, 28/06/2019 13:52 WIB
Manila, Jurnas.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam para lawan politiknya dengan penjara, jika mereka mencoba melakukan pemakzulan (penurunan paksa).
Duterte melampiaskan amarahnya Kamis (27/6) malam di tengah sorotan media dan tuduhan bahwa ia berpihak pada China, menyusul tenggelamnya kapal nelayan Filipina pada 9 Juni oleh kapal Tiongkok, yang terjadi di Zona Ekonomi Eksklusif Manila (ZEE).
Pemimpin maverick itu menggemakan garis Beijing bahwa itu adalah kecelakaan, bukan tabrakan yang disengaja. Duterte mengabaikan kehadiran nelayan China di dalam ZEE Filipina, karena dinilai bentuk persahabatan.
Hal itu memancing kritik dari politisi Filipina, di antaranya seorang hakim tinggi dan mantan menteri luar negeri, yang menyebut tindakan itu melanggar konstitusi, sehingga layak dimakzulkan.
Kapal Perang AS, Jepang, Australia, Filipina Latihan Bersama di Laut Cina Selatan
Pembicaraan Pertama Xi-Biden dalam Empat Bulan, Bahas Hubungan China dengan Filipina-Taiwan
Saling Balas dengan China, Marcos Minta Pasukan Filipina Perkuat Pertahanan Laut Cina Selatan
"Saya? Akan dimakzulkan? Saya akan memenjarakan mereka semua," kata Duterte kepada awak media dilansir dari Reuters pada Jumat (28/6).
"Cobalah untuk melakukannya dan aku akan melakukannya. Bajingan."
"Saya menantang Anda untuk melakukannya. Anda benar-benar ingin memaksakan tangan saya ke dalamnya? Oke. Anda para brengsek, lakukan. Ya. Ajukan," tegas dia.
Sebuah laporan Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia mengkritisi pemerintahan Duterte atas retorika agresif dan tuduhan kriminal terhadap lawan politik, sebagai usaha untuk memberangus kritik dan melemahkan check and balance.
Sementara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, pada Senin lalu mengatakan ada "risiko kekerasan yang sangat nyata" bagi orang-orang Filipina yang berbicara, mencatat ancaman yang dibuat secara terbuka oleh pejabat negara.
Ditanya soal ancaman penjara terhadap lawan politik, juru bicara kepresidenan Salvador Panelo mengatakan Duterte hanya kesal karena orang-orang tidak dapat melihat dia memiliki kepentingan negara.
"Dia tidak bisa mengerti mengapa orang-orang menentang kebijakannya," kata Panelo kepada wartawan.
Keyword : Rodrigo Duterte Filipina Pemakzulan