Sabtu, 25/11/2017 10:41 WIB
Tehran - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Qassemi menanggapi pernyataan anti-Iran baru-baru ini oleh Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Ia mengatakan ucapan tersebut menunjukkan pangeran masih "labil" dan tidak berpengalaman
"Kesalahan mahkota mahkota Saudi yang terakhir adalah campur tangan skandal Riyadh, dalam urusan internal Lebanon, bahkan telah mengganggu sekutu tradisional Arab Saudi," kata Qassemi dalam sebuah pernyataan pada Jumat (24/11).
Qassemi menyarankan Salman agar memikirkan nasib akhir dari para diktator sebelumnya di wilayah tersebut, daripada memandang mereka sebagai teladannya.
Dilansir Tehran Time, Jumat (24/11), pangeran mahkota Saudi baru-baru ini mengungkapkan bahwa Riyadh lebih memilih pendekatan konfrontatif dalam berurusan dengan Iran.
Tampil Glamor dengan Rambut Pirang, Billie Eilish Merasa Bukan Jati Dirinya
Tampil Glamor dengan Rambut Pirang, Billie Eilish Merasa Bukan Jati Dirinya
Menteri Luar Negeri Iran Meremehkan Tetapi Tetap Selidiki Serangan Pesawat Tak Berawak
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times yang dipublikasikan pada Kamis (23/11), ia membuat sebuah analogi antara pengaruh regional yang berkembang di Iran dan kebijakan hegemonik Jerman di era Hitler. Ia mengatakan , "Kami belajar dari Eropa bahwa ekspansi selamanya tidak berjalan baik."
Bulan ini, ketegangan kedua negara tersebut semakin memanas saat Perdana Menteri Saudi Saudi Saad Hariri mengundurkan diri melalui siaran televisi dari Riyadh, yang menyebut Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon mengancam hidupnya.
Pemerintah Arab Saudi telah meluncurkan ribuan serangan udara dalam perang 2-1 / 2 tahun di negara tetangga Yaman untuk mengalahkan gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran untuk menguasai petak luas negara tersebut.
Keyword : Arab Saudi Iran Yaman Houthi