Usai Referendum, Kurdi Irak Terancam Terisolasi

Kamis, 28/09/2017 11:29 WIB

Jakarta - Pemerintah Kurdi Irak terancaman terisolasi dari negara-negar tetangganya setelah mayoritas warga negara tersebut mendukung referendum kemerdekaan yang berlangsung pada Senin (25/9). 

Hasil resmi menunjukkan 92,73 persen pemilih mendukung kenegaraan memisahkan diri dari Irak dalam referendum yang tidak mengikat pada Senin, di tengah meningkatnya kecaman internasional.

Menanggapi hal itu, maskapai penerbangan dari Turki dan juga Mesir, Yordania dan Lebanon mengatakan, akan menghentikan penerbangan ke Kurdistan Irak minggu ini hingga pemberitahuan lebih lanjut atas permintaan Baghdad.

Upaya untuk mengisolasi Kurdi tidak hanya datang dari Baghdad tapi juga dari Ankara, yang telah mengancam berbagai langkah termasuk memotong ekspor ke wilayah tersebut.

Sementara pemimpin Kurdi Irak Massud Barzani mengatakan, pemungutan suara tersebut tidak akan mengarah pada deklarasi kemerdekaan yang segera namun sebaliknya membuka pintu perundingan. Meski begitu Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menolak pendekatan tersebut.

"Referendum harus dibatalkan dan dialog dimulai dalam kerangka konstitusi. Kami tidak akan pernah mengadakan pembicaraan berdasarkan hasil referendum," kata Abadi kepada anggota parlemen pada hari Rabu.

"Kami akan memberlakukan hukum Irak di seluruh wilayah Kurdistan di bawah konstitusi," katanya, dilansir AFP, Kamis (28/9)

Pemungutan suara "ya" yang luar biasa banyak diperkirakan dari pemilih 4,58 juta. Jumlah pemilih lebih dari 72 persen. Mereka mengejar impian kenegaraan yang telah lama disayangi, warga Kurdi meneruskan referendum tersebut  menentang berbagai keberatan, termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat.

Kebijakan menimbulkan kekhawatiran akan kerusuhan dan kemungkinan  konfrontasi militer yang melibatkan Kurdi, yang merupakan sekutu kunci dalam serangan internasional yang didukung terhadap jihadis Islamic State Iraq and Syria (IS, ISIS, Daes, Red).

Dalam sebuah pidato di televisi pada Selasa malam, Barzani mendesak Abadi untuk tidak menutup pintu dialog, sebab hanya itu yang dapat memecahkan masalah di wilayah tersebut

"Kami meyakinkan masyarakat internasional akan kesediaan kami untuk berdialog dengan Baghdad," katanya, bersikeras bahwa referendum tidak dimaksudkan untuk membatasi perbatasan (antara Kurdistan dan Irak), atau untuk memaksakannya secara de facto."

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2